ALFRID
ALEXSIUS RIWU
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Ternak babi
adalah ternak monogastrik penghasil daging yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan dalam rangka pemenuhan akan kebutuhan protein hewani bagi
masyarakat. Beberapa keunggulan ternak babi antara lain pertumbuhannya cepat,
konversi pakan yang sangat baik, mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang beranekaragam, persentase karkas dapat
mencapai 65-80 % dan sangat efisien dalam mengubah makanan hasil ikutan
pertanian (Anonymous, 1981). Dalam pemeliharaan ternak babi, salah satu faktor
penting yang perlu diperhatikan adalah pakan. Pakan yang diberikan harus selalu
tersedia cukup baik kualitas maupun kuantitasnya agar dapat menunjang
produktivitas ternak babi menjadi lebih maksimal.
Murtidjo (1990)
menyatakan bahwa pakan yang berkualitas baik sangat penting untuk menunjang
kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Sebagian besar bahan pakan yang
diberikan untuk ternak babi adalah biji-bijian yang juga merupakan bahan
makanan manusia.
Hal ini menyebabkan terjadinya
persaingan antara manusia dan ternak babi dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga untuk mengatasi akan
permasalahan ini maka perlu dicari bahan pakan alternatif yang dapat digunakan
sebagai sumber nutrisi yang baik bagi ternak babi (Sihombing, 1997).
Salah satu bahan pakan alternatif
yang dapat digunakan adalah biji asam. Biji asam merupakan salah satu jenis
leguminosa lokal yang sangat potensial di daerah Nusa Tenggara Timur, yakni
dengan produksi yang tinggi dan kaya akan protein. Ly dan Likadja (1998)
menyatakan bahwa kandungan protein kasar yang dimiliki biji asam yang telah
dikuliti yaitu sebesar 23 %. Kandungan protein dalam biji asam yang tinggi,
juga mengandung anti nutrisi trypsin dan kimotrypsin (Liener, 1980), hal ini
yang diduga sebagai penyebab kurangnya minat peternak untuk memanfaatkan biji
asam sebagai bahan pakan ternak.
Pertambahan berat badan
ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor manajemen yaitu, perkandangan,
kesehatan serta salah satu faktor yang tidak kalah penting yaitu pakan. Pakan
yang diberikan pada ternak harus
memenuhi syarat antara lain dalam hal kuantitas dan kualitas. Dengan demikian maka kandungan protein biji
asam yang tinggi yaitu mencapai 23 % (Ly dan Lykadja, 1998), akan dapat
meningkatkan produktivitas ternak dalam hal ini yaitu pertambahan berat badan
ternak yang mengkonsumsinya. Selanjutnya (Jella, 1990 dan Wattileo 1989)
menyatakan bahwa penggunaan tepung biji asam tanpa kulit sebesar 25 % dalam
ransum akan memberikan pertambahan berat badan harian yang lebih baik yaitu
412,94 g/ekor/hari.
Perker (1974), dalam Sembiring, dkk (2010) memperkenalkan istilah probiotik yang
menggambarkan tentang keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan.
Pemberian
probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikroorganisme dalam sistem
saluran pencernaan ternak sehingga dapat meningkatkan daya cerna terhadap pakan
dan menjaga kesehatan ternak.
Probiotik merupakan mikroorganisme
yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa menyebabkan
terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga
tidak terdapat residu dan tidak terjadinya mutasi pada ternak.
Tebal lemak punggung telah lama digunakan untuk
menentukan kualitas karkas (Sihombing, 1997), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tebal lemak punggung antara lain : makanan, umur, panjang badan
dan tipe produksi. Tebal lemak punggung dapat menentukan kualitas karkas babi
potong. Lemak punggung yang tipis akan memberikan hasil daging yang maksimal
dan disertai dengan perlemakan yang minimal (Sosroamidjodjo, 1975). Wahyu
(1985) menyatakan bahwa setiap kilogram protein, lemak, hidrat arang dan gula
masing-masing dapat membentuk 345, 907, 355, dan 281 gram lemak tubuh.
Pada
umumnya persentase lemak babi bertambah dengan meningkatnya umur, akan tetapi
cepat berkurang jika makanan yang diberikan tidak mengandung nilai gizi yang
cukup, sehingga kandungan lemak pada ternak babi tergantung pada zat-zat
makanan yang diberikan (Banfatin, 1987). Sembiring,
dkk (2010), menyatakan bahwa dengan pemanfaatan
tepung biji asam kedalam ransum pada tingkat 30 % yang disertai dengan suplemen
probiotik memberi angka tebal lemak punggung yang sama dengan ransum yang
mengandung tepung kedelai dan kacang hijau.
Atau
dengan kata lain pemberian tepung biji asam dan suplemen probiotik dalam ransum
dapat menurunkan tebal lemak punggung pada ternak babi yang artinya dapat
meningkatkan proporsi daging pada karkas.
Dengan melihat pada hasil pemikiran
dan permasalahan diatas maka telah dilakukan suatu penelitian tentang “ Efek Pemberian Ransum Mengandung Tepung
Biji Asam dengan Suplementasi Probiotik Terhadap Pertambahan Berat Badan dan Tebal
Lemak Punggung Pada Ternak Babi Fase Grower ”
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui efek dari penggunaan tepung biji asam dan probiotik
dalam ransum terhadap Pertambahan Berat Badan (PBB) dan Tebal Lemak
Punggung pada ternak babi fase grower.
Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peternak sebagai informasi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bahan pakan ternak babi dengan
memanfaatkan tepung biji asam dan juga sebagai informasi ilmiah bagi dunia
pendidikan untuk memperkaya pengetahuan dibidang peternakan pada khususnya
peternakan babi.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pakan
Ternak Babi
Makanan adalah faktor terpenting
dalam setiap usaha peternakan termasuk usaha peternakan babi. Pertumbuhan dan
perkembangan ternak babi tergantung pada makanan yang diberikan dan biaya untuk
penyediaan pakan menyerap sekitar 60 - 80% dari total biaya yang dibutuhkan
(Nugroho dan Wendarto, 1990). Dalam usaha peternakan babi, aspek pemberian
makanan mencakup system pencernaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pencernaan seperti komposisi bahan makanan, kebutuhan bahan-bahan makanan dalam
ransum dan efisiensi penggunaan makanan yang esensial untuk produksi
(Parakkasi, 1990).
Ternak babi merupakan ternak
omnivora yang mengkonsumsi pakan asal hewani dan asal nabati. Organ pencernaan
ternak babi disebut sebagai lambung sederhana (monogastrik) dengan kapasitas
yang relatif kecil dibanding ternak ruminansia yang mempunyai lambung kompleks
(poligastrik). Pada ternak ruminansia proses pencernaan berlangsung secara
fermentatif dengan bantuan mikroba lambung, sehingga mampu mencerna makanan
yang berserat kasar tinggi. Pada ternak babi proses pencernaan berlangsung
secara enzimatis dengan bantuan berbagai enzim.
Untuk mencapai produktifitas yang efisien dan
menguntungkan maka ternak babi membutuhkan nutrisi yang cukup. Kelebihan,
kekurangan dan ketidakseimbangan nutrisi dalam pakan akan menimbulkan berbagai
masalah yang berkaitan dengan proses kimia dalam tubuh yang ditampilkan oleh
potensi produktifitasnya melalui kesehatan, pertumbuhan dan efisiensi penggunaan
pakan (Aritonang, 1993). Nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak terdiri dari
protein, lemak, karbohidrat, mineral,vitamin dan air (Kamal, 1992). Sedangkan pakan
yang imbangan nutrisinya bagus biasanya tersusun dari berbagai macam bahan
pakan dan suplemen pakan. Penggunaan dari beberapa macam bahan pakan akan
memperbaiki imbangan nutrisi didalam pakan dan selanjutnya dapat mencegah
defisiensi. Untuk menyusun ransum yang baik, diperlukan pengertiaan tentang
nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak babi dan
bahan-bahan sumber nutrisi yang baik sehingga nilai nutrisinya
terpenuhi, palatable dan ekonomis.
Tanaman
Asam
Pohon
asam disebut juga Tamarindus indica. Tamarindus berasal dari bahasa Arab
”Tamar hindi” yang berarti kurma Berarti kurma india (Bailey,1957 dikutip Paoe,
1996). Tanaman ini tergolong dalam jenis polong-polongan atau leguminosa,
family Caesalpiniaceae. Secara
lengkap sistematika tanaman asam menurut Stenis (1982) yang dikutip Wiendiyati
(1995) adalah sebagai berikut:
Devisio :
Trachephyta
Klas : Angiospermae
Subclass :
Dicotyledonae
Familia :
Caesalpiniaceae
Genus : Tamarindus
Spesies :
Indica
Tanaman
asam ini juga berasal dari daerah savana di Afrika, lalu tersebar di kawasan
Timur jauh (diantaranya Indonesia dan Malaysia) dan juga ke kawasan Amerika.
Soetisna dan Hidajat (1977) dikutip Paoe, (1996) mengatakan di Indonesia
sendiri penduduk tidak merasa asing lagi terhadap pohon asam atau buah asam,
mengingat peranannya sebagai unsur pelengkap dalam bumbu masak, pembuatan obat
tradisional atau jamu-jamuan.
Di Nusa
Tenggara Timur (NTT) diperkirakan sekitar 800 ton biji asam dapat terkumpul
untuk setiap panen dan belum dimanfaatkan dan terbuang begitu saja (BPS NTT,
2009). Komposisi nutrisi biji asam bervariasi tergantung tanah dan lokasi.
Kadar protein biji asam sebesar 13,12%, serat kasar 3,70%, lemak kasar 4,0%,
abu 3,25% dan kandungan Energi Metabolis sebesar 3368 kkal/kg (Mulyantini dan
Ballo, 2009 ). Kulit biji asam mengandung zat anti nutrisi yaitu tanin yang
merupakan polyfenol yang menghambat
penyerapan komponen nutrien yang dibutuhkan oleh ternak babi. Cara untuk
mengurangi zat anti nutrisi dari biji asam adalah disangrai.
Probiotik
Jhonson dan Conway (1992) yang
dikutip oleh Sembiring, dkk (2010) dalam laporan akhir penelitian menyatakan
bahwa probiotik dapat diberikan pada ternak sesudah lahir, pemanfaatannya
sebagai langkah pencegahan penyakit (preventif) ataupun kuratif dapat diberi
dengan cara mencampurnya dalam bahan makanan. . Selain itu probiotik dapat pula
diberi dengan cara injeksi lewat mulut, mencampurnya dengan air minum, dan
membuatnya dalam bentuk pellet atau tepung. Hal ini menggambarkan bahwa ternak
babi dapat diberi suplemen probiotik.
Probiotik merupakan mikroorganisme
yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa
menyebabkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak,
sehingga tidak terdapat residu dan tidak terjadinya mutasi pada ternak.
Probiotik merupakan pakan imbuhan dalam bentuk mikroorganisme hidup yang
berpengaruh positif pada hewan inang dan dapat meningkatkan keseimbangan
mikroflora dalam saluran pencernaan ternak (Fuller, 1992, dalam Sembiring, dkk 2010).
Keuntungan
menggunakan suplemen probiotik adalah: (1) Meningkatkan pertumbuhan ternak
melalui penekanan infeksi penyakit yang diakibatkan oleh mikroorganisme
pengganggu. (2) Memperbaiki efisiensi penggunaan makanan dengan cara
meningkatkan kecernaan bahan makanan yang sukar dicerna.
(3) Menambah kesehatan ternak, yaitu
berkemampuan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (Fuller,
1992) yang dikutip Sembiring, dkk (2010).
Pertambahan Berat Badan
Tillman, dkk (1983) yang dikutip Sanam (2010) mengemukakan bahwa
pertumbuhan dimulai perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat dan akhirnya
perlahan atau terhenti sama sekali, dan laju pertumbuhan ternak dipengaruhi
oleh banyak faktor antara lain spesies, jenis kelamin, individu, umur,
pemberian makanan dan jumlah konsumsi ransum.
Pertambahan berat badan merupakan indikator utama dalam
pengukuran pertumbuhan sebagai landasan ukuran kecepatan relatif dalam
pertambahan berat badan persatuan waktu untuk ukuran mutlak setelah jangka
waktu tertentu yang selanjutnya membentuk karkas yang terdiri dari tulang,
otot dan lemak.
Tebal Lemak Punggung
Soeparno (1992) menyatakan bahwa
lemak intramuskuler berbeda diantara spesies, umur dan otot. Berg dan
Butterfield (1976, yang dikutip Cerebima, 1998) menyatakan bahwa lemak
merupakan jaringan berubah-ubah baik dalam jumlah ataupun penyebarannya. Wahyu
(1969) dalam Banfatin (1987) menyatakan bahwa ternak babi pada dasarnya akan
memulai proses penimbunan lemak pada kisaran umur 4 bulan dengan kisaran bobot
badan 30 kg. Tebal lemak punggung merupakan suatu indikator untuk menentukan
kualitas karkas dari babi potong.
Devendra
dan Fuller (1979) yang dikutip Sitanggang (1988) mengemukakan bahwa perlemakan
karkas dipengaruhi oleh dua faktor yakni protein (kualitas dan kuantitas) serta
total energi dimana tingkat penyimpanan lemak tergantung dari energi yang
tersedia sedangkan pertumbuhan jaringan tergantung pada persediaan protein yang
cukup. Lemak karkas lebih banyak pada ternak babi yang diberi ransum dengan
kadar protein yang rendah dibandingkan
dengan ternak babi yang mengkonsumsi protein dalam jumlah yang tinggi, sehingga
hubungan antara tingkat protein dalam ransum dengan tebal lemak punggung merupakan
korelasi negatif dimana jika semakin tinggi protein dalam ransum mengakibatkan
lemak punggung yang semakin menipis. Hays dan Crowell (1969) yang dikutip oleh
Indrawan, dkk (1977), Robinson (1964) dalam Sitanggang (1988) juga menyatakan
bahwa level protein yang tinggi dalam ransum akan memperbaiki kualitas karkas, mengurangi
perlemakan dan menambah perdagingan.
MATERI
DAN METODE PENELITIAN
Lokasi
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah
dilaksanakan dikandang percobaan di Kelurahan Oesapa, Kota Kupang dan di
Laboratorium Kimia Pakan Fakultas
Peternakan-Universitas Nusa Cendana Kupang, selama
10 minggu dari tanggal 5
September-19 November 2011 yang terbagi dalam 2 minggu masa
penyesuaian dan 8 minggu tahap pengumpulan data.
Materi
Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak
babi fase grower sebanyak 16 ekor dengan kisaran umur 3-4 bulan dengan bobot
badan awal pada saat penelitian yaitu (17-34,5 kg), rataan 25,66 kg dan KV = 20,73 %.
Kandang yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kandang individu dengan lantai semen kasar yang dibuat
yang agak miring. Kandang terdiri dari 16 petak, dengan ukuran masing-masing
kandang adalah 1 m x 1,5 m. Kandang beratap seng dan dilengkapi dengan tempat
pakan dan tempat minum.
Alat
dan Bahan
Dalam penelitian ini
alat yang digunakan adalah timbangan merek Dunlop yang berkapasitas 150 Kg
untuk menimbang ternak babi dan timbangan berkapasitas 10 Kg merek Five
Goats untuk menimbang ransum, dan juga
alat lainnya yaitu sapu lidi,sikat lantai, sekop dan ember.
Penelitian
ini akan menggunakan alat penggiling untuk membuat tepung dan mesin pellet
untuk mengolah ransum, sedangkan untuk pembuatan probiotik digunakan wadah
fermentasi asam laktat dan inkubator.
Biji
asam sebagai salah satu komponen yang digunakan dalam penelitian ini untuk
menyusun ransum dan disuplementasi dengan probiotik. Biji asam yang diperoleh
dari petani kemudian diolah
terlebih dahulu dengan cara disangrai, kemudian didinginkan dan selanjutnyan untuk
melepaskan isi biji dari kulit maka dilakukan dengan cara ditumbuk kemudian
digiling untuk dibuat menjadi tepung.
Probiotik
asam laktat sebagai suplemen dibuat dengan cara fermentasi melalui proses
inkubasi. Alat dan bahan yang
digunakan untuk pembuatan probiotik asam laktat adalah wadah fermentasi asam
laktat, susu Dancow bubuk full cream sebagai sumber laktosa dan inokulum mikroba asam laktat
komersil yang terdiri atas Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus
thermophilus, Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium
Bahan-bahan
yang digunakan untuk menyusun ransum adalah biji asam timor, dedak padi, ampas
tahu, jagung, tepung ikan, minyak kelapa, tepung kanji, garam dapur dan pigmix
(mineral untuk ternak babi).
Susu skim sebagai bahan
pembuat probiotik yang mengandung laktosa dan inokulum mikroba asam laktat (Lactobacillus bulgaricus). Tepung kanji
dan minyak kelapa sebagai bahan perekat dalam pembuatan pellet.
Tabel 1. Kandungan
Nutrisi Bahan Pakan Penyusun Ransum Penelitian.
No
|
Bahan
Pakan
|
ME
(Kkal/kg)
|
PK
(%)
|
SK
(%)
|
LK
(%)
|
Ca
(%)
|
P
(%)
|
|
Jagung kuning a
|
3.425
|
8,90
|
2,90
|
3,50
|
0,01
|
0,25
|
|
Dedak halus a
|
2.200
|
13,50
|
13,00
|
0,60
|
0,10
|
1,70
|
|
Tepung ikan a
|
2.500
|
65,00
|
1,00
|
5,50
|
4,50
|
2,70
|
|
Ampas tahu b
|
3.412
|
29,01
|
18,37
|
6,04
|
0,95
|
1,74
|
|
Pigmix c
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0,50
|
-
|
|
Minyak kelapa d
|
8.600
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Tepung biji asam e
|
3.368
|
13,12
|
3,70
|
4,00
|
-
|
-
|
|
Kacang kedelai a
|
2.825
|
44,00
|
7,00
|
0,50
|
0,25
|
0,60
|
|
Tepung kanji a
|
3.317
|
2,40
|
-
|
0,30
|
0,15
|
0,08
|
|
Kacang hijau f
|
2.330
|
27,40
|
4,50
|
8,00
|
1,06
|
0,78
|
Keterangan :
a : NRC, (1988)
b : Parakkasi, (1990)
c : Pig mix : merupakan campuran dari beberapa
vitamin, asam amino
dan mineral
untuk ternak babi.
d : Bunga,
(2008) Skripsi Fapet Undana
e : Rissy, (2003)
f : Anggorodi, (1994)
Tabel 2. Komposisi dan Kandungan
Nutrisi Ransum
Penelitian
Bahan Pakan
|
Ransum Penelitian (%)
|
|||
R0
|
R1
|
R2
|
R3
|
|
Jagung
giling
|
15,00
|
15,00
|
15,00
|
15,00
|
Dedak
padi
|
20,00
|
20,00
|
20,00
|
20,00
|
Tepung
ikan
|
5,00
|
5,00
|
5,00
|
5,00
|
Ampas
tahu
|
10,00
|
10,00
|
10,00
|
10,00
|
Tepung
kedelai
|
20,00
|
15,00
|
7,00
|
-
|
Tepung
kacang hijau
|
10,00
|
5,00
|
3,00
|
-
|
Tepung
biji asam
|
-
|
10,00
|
20,00
|
30,00
|
Tepung
kanji
|
17,00
|
17,00
|
17,00
|
17,00
|
Minyak
kelapa
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
Garam
dapur
|
0,50
|
0,50
|
0,50
|
0,50
|
Pigmix
|
1,50
|
1,50
|
1,50
|
1,50
|
Total
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
Kandungan
nutrisi*
|
||||
Bahan
kering (%)
|
87,98
|
88,00
|
88,08
|
88,10
|
Protein
kasar (%)
|
19,22
|
18,63
|
17,67
|
16,78
|
EM
(Kkal/kg)
|
3200
|
3100
|
3200
|
3280
|
Serat
kasar (%)
|
6,77
|
6,57
|
6,29
|
6,03
|
Lemak
Kasar (%)
|
2,48
|
2,45
|
2,65
|
2,78
|
Keterangan: Kandungan nutrisi ransum
penelitian dihitung berdasarkan Tabel 1*
Prosedur
Penelitian
1. Pengolahan Biji Asam
Biji
asam yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil ikutan dari panen daging
buah asam yang diperoleh dari petani. Proses pengolahan biji
asam yang dilakukan sebelum digunakan sebagai salah satu komponen penyusun
ransum adalah sebagai berikut :
Tepung biji asam selanjutnya dicampur dengan bahan-bahan pakan penyusun
ransum dan diolah dalam bentuk pellet dengan menggunakan mesin pellet milik UPTD
Pembibitan Ternak dan Produksi Makanan Ternak Instalasi Tarus Dinas Peternakan
Propinsi Nusa Tenggara Timur.
2.
Pembuatan probiotik asam laktat
a.
Pencampuran satu bagian susu skim milk
(sebagai sumber laktosa) dengan lima bagian air (konsentrasi 20% w/v) diaduk
hingga homogen.
b.
Campuran tersebut ditambahkan inokulum
mikroba asam laktat (Streptococcus bulgaricus) dengan perbandingan 1 bagian
inokulum : 50 bagian susu skim cair (konsentrasi 2%w/v).
c.
Media susu skim yang mengandung kultur
mikroba asam laktat selanjutnya ditutup rapat (kedap udara) dan diinkubasi pada
temperature 37 0C selama 24
jam hingga proses fermentasi berlangsung optimal.
3.
Prosedur pengacakan
Sebelum
proses pengacakan terlebih dahulu dilakukan pemberian nomor kuping pada ternak
(nomor 1-16), kemudian ternak babi ditimbang untuk memperoleh berat badan awal.
Selanjutnya tenak diurutkan menurut berat badan terendah sampai yang tertinggi
dan dibagi dalam 4 kelompok menurut berat badan dan masing-masing kelompok
terdiri dari 4 ekor. Sesudah itu dilakukan pengacakan 4 macam ransum penelitian
dalam masing-masing kelompok dimana masing-masing ternak dalam satu kelompok
mendapat satu dari 4 macam ransum penelitian secara acak.
Tabel
3. Bobot Badan Awal Ternak Babi
Hasil Pengacakan
Kelompok
|
R0 (Kg)
|
R1 (Kg)
|
R2 (Kg)
|
R3 (Kg)
|
I
|
21,0
|
18,0
|
17,0
|
22,0
|
II
|
24,0
|
22,0
|
24,0
|
24,0
|
III
|
26,0
|
27,0
|
26,0
|
27,0
|
IV
|
34,0
|
33,0
|
34,5
|
31,0
|
Rataan
|
26,5
|
25,0
|
25,375
|
26,0
|
4.
Pelaksanaan penelitian
Ransum diberi secara
periodik dengan frekuensi pemberian yaitu 2 kali yaitu pada pagi dan sore
hari sedangkan probiotik diberikan dengan cara dicampurkan dalam ransum. Ransum
diberi dalam bentuk kering sedangkan air minum selalu ditambahkan dan diganti
dengan air yang bersih apabila air minum habis atau kotor. Pembersihan kandang
dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan pada sore hari.
Metode
Penelitian
Metode
yang digunakan adalah metode percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan.
Perlakuan
yang dicobakan antara lain :
R0 : Ransum tanpa Tepung Biji Asam
R1
: Ransum mengandung 10 % tepung biji asam + 2,5 % Probiotik
R2 : Ransum mengandung 20 % tepung biji asam + 2,5 % Probiotik
R3
: Ransum mengandung 30 % tepung biji
asam + 2,5 % Probiotik
Parameter yang Diukur
Parameter
yang diukur dalam penelitian ini adalah :
1. Pertambahan
Berat Badan (PBB)
Pertambahan
berat badan diperoleh dari berat badan akhir dikurangi berat badan awal dibagi
jumlah atau lama waktu penelitian, gram/ekor/hari (Tillman, 1986).
W2
– W1
T
Dimana
W2 = Berat Badan Akhir
W1 = Berat Badan Awal
T
= Lama Waktu Penelitian
2.
Tebal Lemak Punggung
Untuk
mengetahui tebal lemak
punggung
ternak penelitian maka diukur dengan
menggunakan alat back-fat probe. Pengukuran dilakukan pada bagian
rusuk ke 10 menurut petunjuk (Hansen dan Lewis, 1993). Data ini diambil pada
minggu terakhir penelitian.
Analisis Data
Data yang diperoleh
dalam penelitian ini ditabulasi lalu dianalisis menurut prosedur Sidik Ragam (Analysis of Variance/ANOVA) dan untuk melihat pengaruh perlakuan
terhadap variabel yang diteliti untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan
maka diadakan uji lanjut dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan dengan
petunjuk Gaspersz (1991).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Keadaan
Umum Ternak Penelitian
Jumlah ternak yang digunakan dalam penelitian
adalah 16 ekor dengan jenis kelamin jantan, secara umum penampilan ternak babi
pada awal penelitian terlihat dalam kondisi fisik yang sehat hal ini
digambarkan dengan gerakan yang lincah, bersemangat dan nafsu makan yang
tinggi.
Pada masa penyesuaian minggu pertama ternak masih
dalam kondisi yang sehat atau tidak menunjukkan gejala sakit, akan tetapi pada
minggu kedua penyesuaian ternak dengan nomor kandang 3, 6, 9 dan 15 yang mendapat
perlakuan R0 mengalami mencret yang ditandai dengan feses yang encer. Hal ini diduga karena ternak belum mampu
menyesuaikan diri dengan perlakuan ransum yang diberikan, kondisi ini tidak
langsung diberikan pengobatan terhadap ternak tersebut. Akan tetapi pada akhir
minggu kedua penyesuaian, ternak dengan nomor kandang 3 dan 6 terlihat mulai
sehat kembali.
Memasuki minggu kedua pengambilan data, ternak
dengan nomor kandang 9 dan 15 yang mendapat perlakuan ransum R0 mengalami
gangguan atau penyakit yang
mengakibatkan nafsu makan menurun, feses encer dan berwarna abu-abu.
Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan pengobatan dengan menggunakan Pantovit,
Injektamin, Betamoks, dan Antikolt, selanjutnya memasuki minggu ketiga
pengambilan data, ternak sehat kembali.
Akan
tetapi ternak dengan nomor kandang 9 dan 15 mengalami penurunan bobot badan
dibanding ternak dengan nomor kandang yang lain. Selanjutnya sampai pada minggu
terakhir pengambilan data semua ternak menunjukan kondisi yang sehat dengan
terus meningkatnya pertambahan bobot badan.
Hasil
Analisis Proksimat Ransum Penelitian
Penelitian ini menggunakan
biji asam sebagai salah satu komponen penyusun ransum dan disuplementasi dengan
probiotik. Kandungan nutrien dalam tepung biji asam hasil pengolahan dengan
cara disangrai dan sesudah dibersihkan dari kulit biji yang kuat dan keras
dapat dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Nutrien
dalam Biji asam Hasil Sangrai (% BK)
Komponen
|
Kandungan Gizi
|
Bahan kering, %
|
91,70
|
Bahan organik, %
|
61,49
|
Protein kasar, %
|
17,15
|
Serat kasar, %
|
10,52
|
Total karbohidrat, %
|
37,78
|
Bahan ekstrak tanpa nitrogen, %
|
27,26
|
Lemak kasar, %
|
6,56
|
Gross Energi (Kkal/Kg)
|
3. 078,49
|
Keterangan: Analisis Laboratorium Kimia Pakan, Fakultas
Peternakan, Undana (2010)
Pada Tabel 4 terlihat
bahwa biji asam tanpa kulit sangat berpotensi digunakan sebagai salah satu
pakan alternatif mengacu pada kandungan protein dan energinya yang cukup tinggi
namun kendala pemanfaatan yang telah diidentifikasi adalah terdapatnya
antinutrisi Tannin sehingga perlu
diolah terlebih dahulu yakni dengan cara disangrai agar menurunkan efek dari
antinutrisi tersebut.
Menurut
De Schutter dan Morris (1990) yang dikutip Sembiring, dkk (2010), cara yang paling efektif digunakan dalam mengeleminasi
kandungan antinutrisi adalah dengan cara disangrai (dry roasting). Untuk mengantisipasi kandungan antinutrisi yang
mungkin tersisa dari biji asam yang telah disangrai maka perlu ditambahkan
pakan imbuhan kedalam ransum. Menurut Fuller (1992) yang dikutip Sembiring, dkk (2010) bahwa penambahan suplemen pakan
seperti probiotik perlu dilakukan, terutama pada pemberian ransum yang
mengandung antinutrisi mengingat fungsi probiotik dapat meningkatkan
keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan ternak.
Pakan suplemen probiotik
dibuat dengan cara fermentasi dalam media susu skim dan diberi pada ternak
starter dengan cara mencampurkannya dalam ransum. Kandungan nutrien probiotik
diperlihatkan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Nutrisi Probiotik
yang ditambahkan dalam ransum penelitian (%
BK)
Komponen
|
Kandungan Gizi
|
Bahan kering (%)
|
8,75
|
Protein Kasar (%)
|
33,44
|
Lemak Kasar (%)
|
6,56
|
Serat Kasar (%)
|
0,21
|
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
(%)
|
51,23
|
Abu
|
8,56
|
Ca
|
0,48
|
P
|
1,31
|
Gross Energi
(Kkal/kg)
|
4. 772
|
Keterangan:
Hasil Analisis Laboratorium Kimia Pakan, Almira, Kupang (2010)
Dari Tabel diatas terlihat
bahwa kandungan nutrisi yang terkandung dalam probiotik cukup tinggi seperti
protein kasar, BETN dan gross energi.
Hal ini memberikan dampak
yang positif terhadap ternak babi yang diberikan pakan suplemen ini. Komposisi zat makanan yang terkandung dalam
ransum penelitian dianalisis di Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan,
UNDANA. Ransum tersebut tersusun dari: dedak
padi, jagung, tepung ikan, ampas tahu, tepung kanji, minyak kelapa, garam
dapur, dan pigmix. Hasil analisis komposisi zat makanan dapat
dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Komposisi Nutrisi Ransum Penelitian
Zat-Zat Nutrisi
|
Perlakuan
|
|||
R0
|
R1
|
R2
|
R3
|
|
Bahan
kering (%)
|
89,48
|
89,75
|
89,34
|
91,24
|
Protein
(%)
|
19,47
|
18,66
|
17,89
|
16,84
|
Lemak (%)
|
4,51
|
5,06
|
5,46
|
5,68
|
Serat
Kasar (%)
|
6,36
|
6,10
|
5,83
|
5,38
|
BETN
(%)
|
61,86
|
62,52
|
63,12
|
64,98
|
Karbohidrat (%)
|
68,22
|
68,62
|
68,95
|
70,36
|
Bahan
Organik (%)
|
92,20
|
92,34
|
92,30
|
92,87
|
GE
(Kkal/Kg)
|
4.299,84
|
4.314,25
|
4.316,14
|
4.330,73
|
Sumber :
Hasil analisis Laboratorium Kimia Pakan Fapet Undana Kupang 2011.
Pada Tabel 6 terlihat bahwa
kandungan kandungan energi ransum
relatif sama, tetapi pada pada protein kasar dan serat kasar cenderung menurun.
Protein kasar dan serat kasar menurun sejalan dengan tergantinya kacang kedelai
dan kacang hijau, kedua jenis pakan ini mengandung protein kasar dan serat
kasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan biji asam yang memilki protein
kasar dan serat kasar yang lebih rendah.
Apabila kandungan nutrisi pada tabel 6
dibandingkan dengan Tabel 2 maka akan terlihat adanya perbedaan antara
komposisi zat-zat nutrisi ransum. Hal ini selain
disebabkan oleh penambahan probiotik dalam ransum tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti bahan pakan penyusun ransum, teknik pengolahan, penyimpanan dan ketelitian
analisa laboratorium .
Teknik pengambilan sampel yaitu
setiap kali pencampuran ransum diambil sampel 200 gram dam pada akhir masa
penelitian, semua sampel dicampur kemudian diambil 200 gram untuk dianalisis di laboratorium.
Pengaruh Perlakuan Terhadap
Pertambahan Bobot Badan
Ternak babi yang diberi ransum mengandug
20 % tepung biji asam dan diberi
suplemen probiotik 2,5 % (R2) cenderung memiliki pertambahan bobot harian lebih tinggi
dari ransum perlakuan yang lainnya. Rataan pertambahan bobot badan ternak
selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 7.
Tabel
7. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ternak Babi Penelitian (g/ekor/hari)
Kelompok
|
Perlakuan
|
Total
|
Rataan
|
|||
R0
|
R1
|
R2
|
R3
|
|||
I
|
491,07
|
375,18
|
348,21
|
368,19
|
1.582,64
|
395,66
|
II
|
509,10
|
411,10
|
474,02
|
303,73
|
1.697,95
|
424,49
|
III
|
340,89
|
562,73
|
562,78
|
455,53
|
1.921,93
|
480,48
|
IV
|
339,35
|
536,52
|
517,23
|
464,37
|
1.857,47
|
464,37
|
Total |
1.680,41
|
1.885,53
|
1.902,24
|
1.591,82
|
7.060,00
|
|
Rataan
|
420,10a
|
471,38a
|
475,56a
|
397,96a
|
441,25
|
Ket:
Nilai rataan dengan superskrip yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
(P>0,05 )
Pada tabel diatas pertambahan bobot badan tertinggi
diperlihatkan ternak yang mendapat perlakuan R2 (475,56 g/ekor/hr) diikuti berturut-turut
R1 (471,38 g/ekor/hr),
R0 (420,10
g/ekor/hr) dan R3 (397,96
g/ekor/hr).
Pada tabel 5 terlihat bahwa rataan pertambahan bobot
badan ternak babi yang memperoleh ransum tanpa tepung biji asam dan suplemen
probiotik lebih rendah bila dibandingkan dengan ransum perlakuan R1
dan R2.
Laju pertumbuhan
ternak dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya spesies, individu, jenis
kelamin, umur, pakan dan konsumsi pakan (Soeharsono,1976 dikutip Pangestuti,
1995). Sedangkan pertumbuhan maksimum suatu spesies ditentukan oleh faktor
genetis, sedangkan gizi hanya merupakan salah satu faktor esensial dalam suatu
individu untuk mencapai berat maksimum secara efisien (Parakkasi, 1990).
Pengaruh Perlakuan Terhadap Tebal
Lemak Punggung
Ketebalan
lemak punggung pada ternak babi menunjukan ukuran kualitas dari karkas yang diproduksi. Pengukuran
lemak punggung dilakukan pada minngu terakhir pada masa penelitian. Hasil yang diperoleh terhadap rataan lemak punggung
ternak penelitian, diperlihatkan pada tabel 8.
Tabel 8. Rataan Tebal
Lemak Punggung (mm/ekor)
Kelompok
|
Perlakuan
|
Total
|
Rataan
|
|||
R0
|
R1
|
R2
|
R3
|
|||
I
|
3,90
|
3,60
|
3,40
|
3,70
|
14,60
|
3,65a
|
II
|
4,00
|
3,70
|
3,90
|
3,80
|
15,40
|
3,85ab
|
III
|
4,20
|
4,30
|
4,10
|
4,00
|
16,60
|
4,15cd
|
IV
|
4,20
|
4,50
|
4,40
|
4,30
|
17,40
|
4,35d
|
Total |
16,30
|
16,10
|
15,80
|
15,80
|
64,00
|
|
Rataan
|
4,08a
|
4,03a
|
3,95a
|
3,95a
|
4,00
|
Ket:
Nilai rataan dengan superskrip yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
(P>0,05
)
Pada tabel diatas
rataan tingkat tebal lemak punggung pada ternak babi penelitian yang tertinggi
diperlihatkan oleh ternak yang mendapat perlakuan R0 (4,08 mm/ekor)
diikuti berturut-turut R1 (4,03 mm/ekor), sedangkan pada kelompok R2 dan R3 memilki rataan yang
sama yaitu (3,95
mm/ekor). Data pada
tabel 8 terlihat bahwa rataan tebal lemak punggung pada ternak
babi yang memperoleh ransum mengandung 30 % biji asam (R3) mempunyai nilai yang
sama dengan ransum perlakuan yang
mengandung 20 % biji asam (R2).
Namun demikian hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap tebal lemak punggung.
Hal ini berarti pemberian tepung biji asam dalam ransum pada ternak babi tidak
menunjukan perubahan yang signifikan terhadap tebal lemak punggung.
Namun hasil penelitian ini
menunjukan bahwa penambahan level pemanfaatan biji asam
kedalam ransum pada taraf 20 % dan 30
% yang disertai dengan pemberian probiotik relatif sama untuk
memenuhi kebutuhan zat makanan sehingga memberi angka
tebal lemak punggung yang rendah atau dengan kata lain pemberian pakan suplemen probiotik dan tepung biji asam
cenderung dapat menurunkan tebal lemak punggung ternak babi periode grower-finisher dan ini
diharapkan terjadi peningkatan proporsi daging pada karkas.
Pengaruh dari pemberian ransum
mengandung tepung biji asam dengan suplementasi probiotik yang relatif sama
atau tidak berbeda terhadap tebal lemak punggung ternak babi penelitian
dikarenakan tingkat konsumsi ransum tidak jauh berbeda dan zat-zat nutrisi yang
dikonsumsi ternak sama-sama mencukupi kebutuhan dalam menunjang pertumbuhan
normal termasuk tebal lemak punggung, hal ini ditunjang oleh genetik dan umur
ternak penelitian yang tidak jauh berbeda.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan
tepung biji asam dengan
level 10 %, 20 %, dan 30 % yang diberi suplemen probiotik 2,5 % dalam ransum
pada ternak penelitian memberikan pengaruh yang relatif sama terhadap pertambahan
bobot badan dan tebal lemak punggung.
Saran
Saran yang dapat diajukan dengan
melihat dari hasil yang dicapai adalah perlu adanya penelitian lanjutan dengan
penggunaan tepung biji asam dan suplemen probiotik sebagai pengganti kacang
hijau dan kacang kedelai dalam level yang berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
Sitanggang A. 1988. Pengaruh
Penggantian Kedelai Dengan Berbagai Level Tepung Biji Saga Pohon Dalam Ransum
Terhadap Konsumsi Air Dan Tebal Lemak Punggung Ternak Babi Peranakan VDL. Skripsi Fapet – Undana, Kupang.
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Kemajuan Mutakhir universitas Indonesia
Press,
Jakarta.
Anonymous, D. 1981. Pedoman
Beternak Babi. Penerbit Kanisius, Jakarta.
Bunga, M.
A. 2008. Pengaruh Penggunaan Ragi Tape (Saccharomyces cerevisiae) dalam Ransum
terhadap Energi Tercerna dan Energi Termetabolisme pada Babi Peranakan VDL
Sapihan. Skripsi Fapet Undana, Kupang.
Gaspersz,
V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV Armico, Bandung.
Isterina D. B. 1987. Pengaruh
Penggantian Ransum Dengan Berbagai Tingkat Tepung Biji Saga Pohon (Adenanthera
pavonina linn) Terhadap Tebal Lemak Punggung Dan Konsumsi Air Babi Peranakan
VDL. Skripsi Fapet – Undana, Kupang.
Jella, H. 1990. Perhitungan Nilai Ekonomis Pemberian
Tepung Biji Asam Kedalam Ransum Basal Ternak Babi. Skripsi Fapet Undana,
Kupang.
Ly J. dan Likadja R. D. H, 2000, Suplementasi Tepung
Biji Asam dan Tepung Ikan Dalam Ransum Basal Yang Terdiri Dari Limbah
Pengolahan Minyak Kelapa Di Kelurahan Bakunase, Kota Madya Kupang. Jurnal Ilmiah Fapet-Undana,
Kupang.
Mulyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak
Unggas. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Mulyantini, N. G. A, dan Ballo, V. J. 2009.
Suplementasi Enzim Pada Pakan Local Berbentuk Tepung Atau Pellet Untuk
Pertumbuhan Ayam Ras. Laporan Akhir Penelitian Hibah Strategi Nasional.
Paoe, H. S. 1996. Daya Guna Dan Katabolisme Protein
Serta Konsumsi Energy Termetabolis Pada Anak Babi Lokal
Yang Mengkonsumsi Tepung Biji Asam. Skripsi Fapet-Undana, Kupang.
Parakkasi, A. 1990. Ilmu Gizi Dan Makanan Ternak
Monogastrik. Penerbit Angkasa, Bandung.
Sembiring,
S, M. U. E Sanam, N. Nengah Suryani.
2010. Pemanfaatan Tepung Biji asam Timor Dalam Ransum yang Disuplementasi
Probiotik Pada Babi Fase Starter Sampai Grower. Naskah Publikasi Ilmiah FAPET
UNDANA : Kupang.
Sihombing, D. T. h. 1997.
Ilmu Ternak Babi. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Tillman, A.D, Hartadi. H. S, Prawirokusumo, S.
Reksohadiprojo, S. Lebdokusodjo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Wedong, F. 1989. Pengaruh Tingkat Pemberian Tepung
Biji Asam Kedalam Ransum Basal Terhadap Pertumbuhan Babi Turunan VDL. Rencana
Penelitian Fapet-Undana : Kupang.
Sanam W. 2010. Pengaruh Level Protein Yang
Mengandung Feses Ayam Terhadap Konsumsi Ransum Dan Pertambahan Berat Badan Babi
Peranakan Fase Grower-Finisher. Skripsi Fapet – Undana : Kupang.