Rabu, 06 Juni 2012

PENGARUH PEMBERIAN RANSUM YANG DITAMBAHKAN TEPUNG BIJI ASAM DENGAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP KONVERSI PAKAN DAN KONSUMSI AIR TERNAK BABI FASE GROWER


YOHANIS YONATHAN PELLO
 

PENDAHULUAN


Latar Belakang
Ternak babi merupakan salah satu ternak potong penghasil daging yang tidak kalah penting dengan ternak potong lainnya, yang dapat menunjang pemenuhan kebutuhan protein hewani. Ternak babi memiliki beberapa keunggulan seperti : mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang beraneka ragam, pertumbuhannya cepat,  persentase karkas bisa mencapai 65 – 80 % dan sangat efisien dalam mengubah sisa makanan hasil ikutan pertanian (Anonymous, 1981).
Pertumbuhan ternak babi tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik, akan tetapi  faktor pakan (tatalaksana pemberian pakan yang ketersediaan bahan makanan tersebut dalam jumlah yang cukup, berkualitas baik, selalu tersedia dan harganya terjangkau murah) sangat diperlukan guna mendapatkan tampilan produk yang layak.
Makanan adalah faktor penting dalam usaha peternakan babi sebab 60 % dari seluruh biaya dihabiskan untuk babi-babi induk dan 80 % untuk keperluan fattening (Sihombing, 1997). Biaya pakan yang tinggi ini disebabkan karena sebagian besar bahan makanan ternak babi berasal dari biji-bijian dan hewani. Ketersediaan pakan tersebut seringkali menjadi kendala karena sebagian besar masih merupakan makanan
manusia dan juga ternak lainnya yang merupakan bahan utama  penyusun pakan komersil. Oleh karena itu perlu dicarikan bahan makanan pengganti yang mudah diperoleh dengan harga yang relatif murah dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia dan ternak lainnya.
Biji asam merupakan salah satu bahan pakan alternatif  yang harganya terjangkau dan mempunyai prospek untuk menanggulangi kendala tersebut diatas. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memproduksi 800 ton lebih biji asam  pertahunnya (BPS Provinsi NTT, 2009) sehingga sangat baik digunakan sebagai pakan alternatif sumber protein guna mengurangi atau mengganti penggunaan kacang-kacangan dalam susunan ransum ternak babi fase grower. Biji asam diproduksi dari hasil ikutan panen buah asam, sangat berguna sebagai pakan ternak babi bila mengacu pada kandungan nutrient dan jumlah ketersediaannya. Kandungan protein kasar dalam isi biji asam Timor mencapai 23% (Ly dan Likadja, 2000) merupakan angka yang menyamai kacang hijau dan di bawah kandungan kacang kedelai (38%).
Biji asam digunakan sebagai pakan ternak babi karena mengandung sumber protein. Kandungan protein yang terdapat dalam biji asam dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak babi. Untuk meningkatkan kecernaan biji asam Timor pada babi, maka perlu menyuplai bahan pakan lainnya. Bahan pakan yang dapat dipakai untuk meningkatkan kecernaan biji asam timor adalah probiotik.
Istilah probiotik pertama kali diperkenalkan oleh Perker (1974) yang dikutip Sembiring, dkk (2010) menggambarkan tentang keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Pada saat ternak mengalami stres, keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan terganggu, mengakibatkan sistem pertahanan tubuh menurun dan bakteri-bakteri pathogen berkembang dengan cepat. Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikroorganisme dalam sistem pencernaan ternak berakibat meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga kesehatan ternak.
Sebagian besar probiotik yang digunakan sebagai aditif adalah tergolong bakteri termasuk dalam species Lactobacillus (L. acidophilus, L. lactis, L. plantarum) dan Bifidobacterium (B. bifidum, B. thermophilum). Manfaat probiotik sebagai bahan aditif ditunjukkan dengan meningkatnya ketersediaan lemak dan protein bagi ternak, di samping itu probiotik juga meningkatkan kandungan vitamin B kompleks melalui fermentasi makanan. Probiotik juga dapat meningkatkan kekebalan (immunity), mencegah alergi makanan dan kanker (colon cancer).
Suplementasi probiotik dalam ransum telah terbukti berhasil meningkatkan pertumbuhan ternak dan kecernaan bahan pakan yakni pakan babi lepas sapih (Sanam dan Sembiring, 2004). Berdasarkan manfaat probiotik dalam ransum terutama bagi biji asam yakni memanfaatkan kandungan protein yang tersedia dalam biji asam secara optimal dan palatabilitas serta meningkatkan kecernaan, maka probiotik cocok untuk disuplementasikasi dalam ransum yang ditambahkan tepung biji asam karena dapat meningkatkan ketersediaan protein bagi ternak.
Banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur respon ternak terhadap berbagai faktor luar seperti makanan, di antaranya konversi pakan dan konsumsi ransum. Konversi pakan mempunyai hubungan erat dengan konsumsi ransum dan pertambahan berat badan ternak. Kebutuhan makanan untuk hidup pokok bertambah dengan bertambah besarnya badan ternak babi, dengan demikian angka konversi pakan akan menurun. Selain itu tingkat konsumsi ransum mempunyai hubungan juga dengan konsumsi air dimana semakin tinggi konsumsi ransum biasanya diikuti juga oleh tingginya konsumsi air (Whittemore, 1987). Faktor air memegang peranan penting bagi makluk hidup. Kenyataan bahwa ternak akan lebih cepat mati akibat kekurangan air dari pada kekurangan salah satu bahan makanan esensial.
Berdasarkan Latar belakang di atas maka telah dilakukan suatu penelitian dengan judul: “Pengaruh Pemberian Ransum Yang Ditambahkan Tepung Biji Asam Dengan Suplementasi Probiotik Terhadap Konversi Pakan Dan Konsumsi Air Ternak Babi Fase Grower”






Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ransum yang ditambahkan tepung biji asam dengan suplementasi probiotik terhadap konversi pakan dan konsumsi air ternak babi fase grower.

Manfaat
 Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1.      Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dibidang peternakan.
2.      Sebagai informasi bagi peternak babi dan pihak terkait dalam upaya pemanfaatan biji asam timor dengan suplementasi probiotik sebagai ransum tambahan untuk memperkaya pengetahuan dibidang peternakan babi.





TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Ternak Babi
Menurut Blakely dan Bade (1994) ternak babi dapat diklsifikasikan sebagai berikut : phylum chordata (vertebrata); Ordo artiodaeyle ; Famili suidae; Genus Sus. Selanjutnya dinyatakan bahwa ternak babi yang dikembangkan sekarang berasal dari berbagai jenis babi liar yaitu spesia Sus scrofa (Babi Liar Eropa), Sus indicus ( Babi Liar Cina dan India), Sus vittatus (Babi India Timur) dan Sus mediteraneus (Babi Liar Neopolitan).
Ternak babi merupakan salah satu sumber penghasil daging dan pemenuhan sumber gizi yang efesien sehingga ternak babi merupakan ternak yang mempunyai arti ekonomi yang cukup tinggi (Anonymous, 1981). Lebih lanjut dinyatakan bahwa kandungan lemak pada babi cukup tinggi sehingga kandungan energinya tinggi.
Menurut Parakkasi (1990), sistem pencernaan didefinisikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan, penerimaan dan pencernaan bahan makanan. Sihombing (1997) menggambarkan secara sederhana bahwa alat pencernaan merupakan alat yang berfungsi sebagai jalan makanan dalam tubuh dan mengeluarkan bahan sisa pencernaan. Selanjutnya dikatakan bahwa pencernaan atau  zat-zat makanan pada ternak babi terutama dilakukan secara enzimatik. Walaupun demikian saluran gastro-intestinal berisi berbagai mikroorganisme sejak 24 jam setelah lahir.
Alat pencernaan makanan dapat digolongkan menjadi dua yaitu saluran pencernaan dan alat pelengkap makanan. Saluran pencernaan menurut Sihombing (1997) dibagi atas rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus, dan anus. Alat pelengkap lain yang dapat membantu pada pencernaan makanan adalah gigi, lidah, kelenjar ludah (air ludah), empedu pada hati dan pancreas. Menurut Whittemore (1987), sistem pencernaan yang sederhana menyebabkan ternak babi secara alamiah terbatas dalam memanfaatkan ransum yang berserat tinggi.
Saluran pencernaan ternak babi dimulai dari rongga mulut, lalu masuk ke esofagus selanjutnya menuju ke lambung lalu masuk ke usus halus. Usus halus merupakan bagian terbesar dari pencernaan dan penyerapan dari zat-zat makanan kemudian masuk ke usus besar. Pembusukan terjadi dalam usus besar yang menghasilkan gas metan, selanjutnya dikeluarkan melalui anus dalam bentuk feses (Sihombing, 1997).
Bahan Makanan dan Ransum Ternak Babi
 Bahan makanan merupakan faktor penting dalam usaha peternakan babi (Aritonang, 1993). Lebih lanjut dinyatakan bahwa 60-80 % dari seluruh biaya produksi adalah untuk biaya pakan sejak dari pengadaan, formulasi dan penyuguhan harus benar-benar perhatikan. Sihombing (1997) menyatakan bahwa makanan mempunyai peranan penting baik untuk pertumbuhan maupun hidup pokok. Parakkasi (1990) menyatakan bahwa pemberian makanan kepada ternak babi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan mendapatkan produksi berupa daging yang kaya akan gizi, sehingga bermanfaat bagi konsumen.
Bahan makanan adalah sesuatu yang dapat dimakan, dicerna dan tidak mengganggu kesehatan hewan yang mengkonsumsinya (Sastroamidjojo, 1975). Lebih lanjut dinyatakan ransum adalah campuran dari berbagai bahan pakan untuk diberikan pada ternak dalam waktu tertentu. Aritonang (1993)  menyatakan bahwa ransum adalah segala bahan yang dapat disiapkan untuk diberikan dan dapat dikonsumsi oleh ternak serta berguna bagi tubuhnya. Bahan ransum adalah sesuatu yang dapat dimakan sedangkan ransum adalah sejumlah campuran dari berbagai macam bahan ransum yang biasa dikonsumsi oleh ternak secara baik dan juga dapat mensuplai zat-zat nutrisi dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi fisiologis yang ada didalam tubuh dapat berjalan dengan normal (Anggorodi, 1994).
Parakkasi (1990) menyatakan bahwa kombinasi bahan makanan yang bilamana dikonsumsi secara normal dapat mensuplai zat-zat makanan kedalam tubuh ternak dengan perbandingan jumlah dan bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi fisiologis tubuh dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada umumnya ransum ternak babi berasal dari tanaman dan hewan serta sisa-sisa hasil ikutan dari berbagai perusahaan dan pabrik yang bersifat pertanian.
Ternak babi sangat membutuhkan ransum untuk pertumbuhan, hidup pokok dan produksi serta reproduksi. Parakkasi (1990) menganjurkan pemberian ransum sempurna ekonomis pada ternak babi. Ransum dinyatakan sempurna karena telah tersusun zat-zat makanan dalam perbandingan, jumlah dan bentuk yang sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi dalam tubuh dapat berjalan normal. Anggorodi (1994) menyatakan bahwa dalam penyusunan ransum agar tetap mencapai produk yang optimal perlu dipikirkan usaha mencari pengganti bahan makanan lain yang memenuhi syarat  antara lain 1) dapat menghasilkan nilai gizi ransum yang sempurna, 2) penggunaan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, 3) harga relatif murah dan mudah diperoleh, dan 4) tidak beracun bagi ternak.
Kebutuhan zat makanan ternak babi sangat berbeda-beda tergantung berat badan dan kondisi. Makanan ternak babi yang memenuhi syarat umumnya adalah jenis bahan makanan yang menjadi sumber energi, seperti jagung, dedak padi, bungkil kelapa, dan ampas tahu. Bahan-bahan ini mengandung zat-zat makanan yang diperlukan yakni karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, asam-asam amino, air dan berserta kasar yang rendah (Sihombing, 1997).
Potensi Biji Asam
Asam (Tamarindus indica) merupakan sebuah kultivar daerah tropis dan termasuk tumbuhan berbuah polong. Batang pohonnya yang cukup keras dapat tumbuh menjadi besar dan daunnya rindang. Daun asam jawa bertangkai panjang, sekitar 17 cm dan bersirip genap. Bunganya berwarna kuning kemerah-merahan dan buah polongnya berwarna coklat dengan rasa khas asam. Di dalam buah polong selain terdapat kulit yang membungkus daging buah, juga terdapat biji berjumlah 2-5 yang berbentuk pipih dengan warna coklat agak kehitaman (Ahira, 2011).
Katipana, dkk, (2009) melaporkan bahwa biji asam mengandung protein 18,29 % , lemak 6,88 %, serat kasar 10,76 %, BETN 44,82 %, abu 3,64 %, dan GE 4838 %.
Anggorodi (1994) menyatakan bahwa hampir semua sumber protein tumbuh-tumbuhan mempunyai faktor-faktor yang harus disingkirkan dengan cara teknik pengolahan khusus untuk membuatnya bernilai gizi maksimum. Selanjutnya dinyatakan bahwa pemanasan adalah perlu untuk menghancurkan faktor-faktor anti nutrisi, akan tetapi terlalu banyak panas adalah merugikan terhadap nilai nutrisi lainnya.
Buah polong asam mengandung senyawa kimia antara lain asam appel, asam sitrat, asam anggur, asam tartrat, asam suksinat, pectin dan gula invert. Buah asam yang masak di pohon diantaranya mengandung nilai kalori sebesar 239 kal/100 gram, protein 2,8 gram/100 gram, lemak 0,6 gram/100 gram, hidrat arang 62,5 gram/100 gram, kalsium 74 miligram/100 gram, fosfor 113 miligram/100 gram, zat besi 0,6 miligram/100 gram, vitamin A 30 SI/100 gram, vitamin B1 0,34 miligram/100 gram, vitamin C 2 miligram/100 gram. Kulit bijinya mengandung phlobatannin dan bijinya mengandung albuminoid serta pati (Ahira, 2011).
Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air, dengan berat molekul antara 500-3000 dan dapat mengendapkan protein dari larutan.  Secara kimia tannin sangat kompleks dan biasanya dibagi kedalam dua grup, yaitu hydrolizable tannin dan condensed tannin. Hydrolizable tannin mudah dihidrolisa secara kimia atau oleh enzim dan terdapat di beberapa legume tropika seperti Acacia sp, sedangkan  Condensed tannin atau tannin terkondensasi paling banyak menyebar di tanaman dan dianggap sebagai tannin tanaman (Anonymous, 2010).
Pemasakan makanan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap daya cerna. Pemanasan beberapa suplemen protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat memperbaiki daya cernanya yang rusak karena inhibitor enzim yang terdapat dalam bahan tersebut (Tillman, dkk. 1983).
Lani (2010) melaporkan bahwa penggunaan tepung biji asam dalam ransum babi umur pertumbuhan sampai dengan level 60% nyata mengurangi konsumsi ransum dan cenderung menurunkan nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik.  Penggunaan tepung biji asam dengan level 30% menghasilkan konsumsi ransum tertinggi dibandingkan dengan level 40%, 50% dan 60%. Bahan pakan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung kuning, dedak padi, tepung ikan, ampas tahu dan kapur.
Konstantinus (1990) melaporkan bahwa penggunaan tepung biji asam ke dalam ransum basal sampai dengan level 35% tidak menekan konsumsi ransum, konsumsi air dan tidak memperburuk konversi makanan dibandingkan dengan perlakuan tanpa tepung biji asam, 15% tepung biji asam dan 25% tepung biji asam.  Konversi ransum tertinggi diperoleh perlakuan R2 (3,21) kemudian diikuti R1 (3,25), R0 (3,31) dan R3 (3,42). Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh perlakuan tidak nyata (P>0,05) terhadap konversi makanan ternak babi penelitian.  Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dedak halus, jagung kuning, tepung ikan dan kacang hijau.
Dando (2002) melaporkan bahwa pemberian tepung ikan dan tepung biji asam ke dalam ransum basal tidak berpengaruh negatif terhadap kadar hemoglobin dan total protein plasma ternak babi peranakan VDL umur pertumbuhan. Selanjutnya dinyatakan bahwa pemberian tepung biji asam dan tepung ikan dalam ransum basal secara bersama-sama memberikan respon yang positif terhadap total protein plasma.
Probiotik
Probiotik merupakan salah satu feed additive yang akhir-akhir ini banyak digunakan untuk ternak.  Ada bermacam-macam jenis feed aditive di antaranya adalah obat-obatan, antibiotika atau hormon-hormon pertumbuhan. Belakangan ini pemberiannya tidak memuaskan karena sedikit banyak mempunyai efek samping yang kurang baik, terhadap ternaknya sendiri, maupun terhadap manusia yang mengkonsumsi hasil ternaknya. Sebagai contoh pemberian antibiotika dapat menyebabkan resistensi terhadap suatu jenis penyakit, sehingga penyakit tersebut sulit untuk disembuhkan dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya jenis penyakit baru. Penggunaan hormon-hormon pertumbuhan dapat menyebabkan efek yang kurang baik terhadap manusia yang mengkonsumsi hasil ternaknya, karena residu yang tertinggal dari hormon-hormon pertumbuhan pada daging atau telur ayam, secara tidak langsung akan ikut terkonsumsi juga oleh manusia yang memakannya dan terakumulasi dalam tubuh (Budiansyah, 2004).
Probiotik merupakan suatu makanan tambahan atau feed aditive yang berupa mikroorganisme hidup, baik bakteri maupun yeast/kapang yang diberikan melalui campuran ransum atau air minum. Adapun tujuan pemberian probiotik adalah untuk memperbaiki keseimbangan populasi mikroba di dalam saluran pencernaan, dimana mikroba-mikroba yang menguntungkan populasinya akan meningkat dan menekan pertumbuhan mikroba yang merugikan yang sebagian besar adalah mikroba penyebab penyakit (mikroba patogen). Pemakaian probiotik ini tidak mempunyai pengaruh yang negatif, baik kepada ternaknya sendiri, maupun kepada manusia yang mengkonsumsi hasil ternaknya. Selain itu pemberian probiotik juga dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kontaminasi mikroba penyebab penyakit (mikroba patogenik) terhadap produk-produk, sehingga produk-produk yang dihasilkan terjaga kehigienisannya (Budiansyah, 2004).
Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan salah satu cara mengevaluasi performans ternak, diperoleh dari banyaknya makanan yang dikonsumsi (dalam gram) dibagi dengan pertambahan bobot badan hasil pengukuran (Sihombing, 1997). Lebih lanjut dinyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efesiensi konversi pakan ternak babi yaitu 1) ransum yang zat-zat makanannya tidak seimbang, 2) dasar genetis tidak baik, 3) tingkat penyakit tinggi, 4) terdapat cacing, 5) makanan butiran berjamur, 6) air minum, 7) kondisi lingkungan, 8) manajemen tidak baik. Menurut Whittemore (1987) kebutuhan makanan untuk pokok hidup bertambah dengan bertambah besarnya badan ternak babi dengan demikian angka konversi makananpun semakin menurun. Sihombing (1997) menyatakan bahwa apabila ternak babi mengkonsumsi ransum dengan pemberian takaran makanan tertentu maka ternak tersebut lebih efesien dalam mengubah makanan menjadi daging, yang berarti pula pertambahan berat badan atau pertumbuhan menjadi lebih cepat.
Konsumsi Air  
Ternak memperoleh air dari tiga sumber yaitu air yang diminum, air dari bahan pakan yang dikonsumsi dan air metabolik (Anggorodi, 1994). Fungsi air dalam tubuh sebagai alat pengangkut bahan-bahan tertentu seperti darah, enzim dan susu (Tillman dkk, 1983). Selanjutnya Anonymous (1981) menyatakan bahwa fungsi air dalam tubuh sangat penting, yakni untuk mengatur temperatur (panas) tubuh, melumatkan makanan dalam proses pencernaan, membawa zat-zat makanan keseluruh tubuh dan membantu mengeluarkan bahan-bahan yang tak berguna. Dinyatakan pula bahwa apabila kekurangan air, kesehatan akan tergangggu contohnya darah yang mengandung serum terlalu sedikit, maka panas badan menjadi tinggi sehingga protein menjadi rusak dan ternak babi menjadi kurus, oleh karena itu air harus tersedia sehingga babi tidak kekurangan air. Sihombing (1997) menyatakan bahwa ternak yang kehabisan hampir semua lemaknya (separuh protein tubuhnya sekitar 40 % air tubuh) masih dapat bertahan hidup, tetapi apabila 10 % air tubuhnya hilang maka sangat berbahaya dan apabila 20 % air tubuhnya hilang maka ternak tersebut akan mati.
Menurut Parakksi (1990) jika konsumsi bahan kering 1 kg akan mengkonsumsi air minum sebanyak 2000 – 2500 ml, dan bila udara cukup panas konsumsi air tersebut menjadi meningkat menjadi 4000 – 4500 ml. Selanjutnya oleh Tillman, dkk (1983) menyatakan bahwa ternak babi yang sedang bertumbuh pada suhu diatas 20oC membutuhkan air sebanyak 2,1 l/kg bahan kering yang dikonsumsi.



MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kandang percobaan di Kelurahan Oesapa, Kota Kupang selama 10 minggu dari tanggal 26 september 2011 sampai dengan 9 desember 2011, yang terbagi dalam 2 minggu penyesuaian dan 8 minggu tahap pengumpulan data.
Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak babi fase grower sebanyak 16 ekor dengan kisaran umur 3-4 bulan dengan bobot badan awal (17-34,5 kg), rataan 25,66 kg dan KV=20,73 %
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu dengan lantai semen kasar yang dibuat agak miring. Kandang terdiri dari 16 petak, dengan ukuran masing-masing kandang adalah 1 x 1,5 m. Kandang beratap seng dan dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan merek Dunlop yang berkapasitas 150 kg untuk menimbang ternak babi, timbangan berkapasitas 3 kg dengan kepekaan 100 gr untuk menimbang ransum dan gelas ukur untuk mengukur air.
Penelitian ini menggunakan alat penggiling untuk membuat tepung dan mesin pelet untuk mengolah ransum.
       Penelitian ini menggunakan biji asam sebagai salah satu komponen penyusun ransum dan disuplementasi dengan probiotik. Biji asam yang diperoleh dari petani di Timor, diolah terlebih dahulu dengan cara disangrai, lalu ditumbuk agar kulit bijinya terkelupas dari kulit kemudian digiling untuk dibuat menjadi tepung.
 Probiotik asam laktat sebagai suplemen dibuat dengan cara fermentasi melalui proses inkubasi. Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan probiotik asam laktat adalah wadah fermentasi asam laktat, susu Dancow bubuk full cream sebagai sumber laktosa dan inokulum mikroba asam laktat komersil yang terdiri atas Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus, Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium.
Bahan- bahan pakan penyusun ransum yang digunakan meliputi biji asam, dedak padi, jagung, tepung ikan, ampas tahu, tepung kanji, minyak kelapa, garam dapur, pigmix, tepung kanji dan minyak kelapa digunakan sebagai perekat dalam pembuatan pelet.







Tabel 1. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penyusun Ransum Penelitian.
No
Bahan Pakan
ME
(kkal/kg)
PK
(%)
SK
(%)
LK
(%)
Ca
(%)
P
(%)
  1.  
Jagung kuning (a)
3.425
8,90
2,90
3,50
0,01
0,25
  1.  
Dedak halus (a)
2.200
13,50
13,00
0,60
0,10
1,70
  1.  
Tepung ikan (a)
2.500
65,00
1,00
5,50
4,50
2,70
  1.  
Ampas tahu (b)
3.412
29,01
18,37
6,04
0,95
1,74
  1.  
Pigmix (c)
-
-
-
-
0,50
-
  1.  
Minyak kelapa (d)
8.600
-
-
-
-
-
  1.  
Tepung biji asam (e)
3.368
13,12
3,70
4,00
-
-
  1.  
Kacang kedelai (a)
2.825
44,00
7,00
0,50
0,25
0,60
  1.  
Tepung kanji (a)
3.317
2,40
-
0,30
0,15
0,08
  1.  
Kacang hijau (f)
2.330
27,40
4,50
8,00
1,06
0,78
a)       NRC, (1988)
b)       Parakkasi, (1990)
c)       Pig mix : merupakan campuran dari beberapa vitamin, asam amino dan mineral untuk ternak babi.
d)       Bunga, (2008) Skripsi Fapet Undana
e)       Rissy, (2003)
f)        Anggorodi, (1994)



                                                 


Tabel 2. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian Hasil Perhitungan
Bahan Pakan
Ransum Penelitian (%)
R0
R1
R2
R3
Jagung giling
15,00
15,00
15,00
15,00
Dedak padi
20,00
20,00
20,00
20,00
Tepung ikan
5,00
5,00
5,00
5,00
Ampas tahu
10,00
10,00
10,00
10,00
Tepung kedelai
20,00
15,00
7,00
-
Tepung kacang hijau
10,00
5,00
3,00
-
Tepung biji asam
-
10,00
20,00
30,00
Tepung kanji
17,00
17,00
17,00
17,00
Minyak kelapa
1,00
1,00
1,00
1,00
Garam dapur
0,50
0,50
0,50
0,50
Pigmix
1,50
1,50
1,50
1,50
Total
100,00
100,00
100,00
100,00
Kandungan nutrisi*
Bahan kering (%)
87,98
88,00
88,08
88,10
Protein kasar (%)
19,22
18,63
17,67
16,78
EM (Kkal/kg)
3.200
3.100
3.200
3.280
Serat kasar (%)
6,77
6,57
6,29
6,03
Lemak Kasar (%)
2,48
2,45
2,65
2,78
Keterangan : Kandungan nutrisi ransum penelitian dihitung berdasarkan Tabel 1*                                  




Prosedur Penelitian
1.      Pengolahan Biji Asam
Biji asam yang digunakan dalam penelitian adalah hasil ikutan dari panen daging buah asam yang diperoleh dari petani di Timor.
Proses pengolahan biji asam yang dilakukan sebelum digunakan sebagai salah satu komponen penyusun ransum adalah:
a.       Biji asam disangrai sampai berwarna coklat kehitaman dan mengeluarkan aroma gurih (± 20 menit),
b.      Kemudian biji asam sangrai tersebut ditumbuk agar kulit bijinya terkelupas.
c.       Biji asam tanpa kulit selanjutnya dijemur untuk digiling menjadi tepung.
Tepung biji asam selanjutnya dicampur dengan bahan-bahan pakan penyusun ransum dan diolah dalam bentuk pelet dengan menggunakan mesin pelet milik UPTD Tarus, Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang.
2.      Pembuatan Probiotik Asam Laktat
a.         Mencampur susu Dancow bubuk full cream (sebagai sumber laktosa) sebanyak 3 sendok makan dengan 200 ml air hangat kemudian diaduk hingga homogen,
b.         Campuran tersebut ditambahkan dengan ½ sendok makan inokulum mikroba asam laktat komersil,
c.         Media susu yang mengandung kultur mikroba asam laktat selanjutnya ditutup rapat (kedap udara) dan di simpan pada suhu ruangan selama ± 24-48 jam hingga fermentasi berlangsung optimal.
3.      Prosedur Pengacakan
Sebelum proses pengacakan terlebih dahulu dilakukan pemberian nomor kuping pada ternak (nomor 1-16), kemudian ternak babi ditimbang untuk memperoleh berat badan awal. Selanjutnya ternak diurutkan menurut berat badan dari yang terendah sampai yang tertinggi dan dibagi dalam 4 kelompok menurut berat badan dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor. Sesudah itu, dilakukan pengacakan 4 macam ransum penelitian dalam masing-masing kelompok dimana masing-masing ternak dalam satu kelompok mendapat satu dari 4 macam ransum penelitian secara acak.
4.      Pelaksanaan penelitian
Ransum diberi secara periodik dengan frekuensi pemberian 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari dicampur probiotik. Setiap ransum yang diberikan dan ransum yang sisa ditimbang untuk mengetahui jumlah ransum yang dikonsumsi dan yang tidak dikonsumsi perhari. Pemberian air minum bersamaan dengan pemberian ransum. Air minum selalu ditambahkan atau diganti dengan air bersih jika air minumnya menjelang habis atau kelihatan kotor. Sedangkan penimbangan ternak dilakukan setiap dua minggu. Pembersihan kandang dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan dengan Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan sebagai berikut:
      R0 : Ransum tanpa tepung biji asam 
      R1 : Ransum mengandung 10 % tepung biji asam + 2,5 % probiotik
      R2 : Ransum mengandung 20 % tepung biji asam + 2,5 % probiotik
      R3 : Ransum mengandung 30 % tepung biji asam + 2,5 % probiotik
Pemanfaatan tepung biji asam dalam campuran ransum dihitung berdasarkan berat total ransum yakni dalam 100 kg, sedangkan probiotik diberikan pada ternak sebanyak 2,5% dari total pemberian ransum.
Variabel Yang Diukur
Variabel yang diukur sebagai indikator dari pengaruh perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah :
1.      Konversi pakan 
Konversi pakan adalah angka yang diperoleh dari pembagian antara rataan konsumsi ransum (gram/hari) dengan rataan pertambahan bobot badan (gram/hari).

2.      Konsumsi air
Konsumsi air minum harian (ml) diperoleh dari jumlah air yang diminum setiap hari selama penelitian (ml/hari) dibagi dengan lamanya waktu penelitian (hari).
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Sidik Ragam (Analysis of Variance/ANOVA) dan jika tidak terdapat perbedaan antara perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan sesuai dengan petunjuk Gaspersz (1991).




HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum ternak
Pada awal penelitian semua ternak dalam keadaan sehat. Hal ini ditunjukkan dari mata yang bersinar, gerak badan yang lincah, bulu halus dan mengkilat dan kondisi fisiknya baik. Pada masa penyesuaian periode pertama ternak menunjukkan penurunan konsumsi ransum dari ternak yang mendapat perlakuan R0-R3 mencapai setengah dari ransum yang diberikan, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor ransum yang dicobakan, tetapi setelah hari ketiga dan seterusnya konsumsi ransum mulai membaik.
Memasuki minggu kedua pengambilan data, ternak dengan nomor kandang 9 dan 15 yang mendapat perlakuan ransum R0­­ mengalami gangguan atau penyakit yang  mengakibatkan nafsu makan menurun, feses encer dan berwarna abu-abu. Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan pengobatan dengan menggunakan Pantovit, Injektamin, Betamoks, dan Antikolt, selanjutnya memasuki minggu ketiga pengambilan data, ternak sehat kembali. Minggu berikutnya sampai akhir penelitian, semua ternak penelitian menunjukkan kondisi sehat dengan terus meningkatnya pertambahan bobot badan.
Hasil Analisis Proksimat Ransum Penelitian
Penelitian ini menggunakan biji asam sebagai salah satu komponen penyusun ransum dan disuplementasi dengan probiotik. Kandungan nutrien dalam tepung biji asam hasil pengolahan dengan cara disangrai dan sesudah dibersihkan dari kulit biji yang kuat dan keras dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Nutrien dalam Biji asam Hasil Sangrai
Komponen
Kandungan Gizi
Bahan kering, %
     91,70
Bahan organik, %
     61,49
Protein kasar, %
     17,15
Serat kasar, %
     10,52
Total karbohidrat, %
     37,78
Bahan ekstrak tanpa nitrogen, %
     27,26
Lemak kasar, %
       6,56
Gross Energi  (Kkal/kg)
3.078,49
Keterangan: Analisis Laboratorium Kimia Pakan, Fakultas Peternakan, Undana (2010)
Pada Tabel 3 terlihat bahwa biji asam tanpa kulit sangat berpotensi digunakan sebagai salah satu pakan alternatif mengacu pada kandungan protein dan energinya yang cukup tinggi namun kendala pemanfaatan yang telah diidentifikasi adalah terdapatnya antinutrisi Tannin sehingga perlu diolah terlebih dahulu yakni dengan cara disangrai agar menurunkan efek dari antinutrisi tersebut.
Menurut DeSchutter dan Morris (1990) yang dikutip Sembiring, dkk (2010), cara yang paling efektif digunakan dalam mengeleminasi kandungan antinutrisi adalah dengan cara disangrai (Dry roasting). Untuk mengantisipasi kandungan antinutrisi yang mungkin tersisa dari biji asam yang telah disangrai maka perlu ditambahkan pakan imbuhan kedalam ransum, menurut Fuller (1992) yang dikutip Sembiring, dkk (2010) bahwa penambahan suplemen pakan seperti probiotik perlu dilakukan, terutama pada pemberian ransum yang mengandung antinutrisi mengingat fungsi probiotik dapat meningkatkan keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan ternak.
Pakan suplemen probiotik dibuat dengan cara fermentasi dalam media susu skim dan diberi pada ternak starter dengan cara mencampurkannya dalam ransum. Kandungan nutrien probiotik diperlihatkan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Nutrisi Probiotik yang ditambahkan dalam ransum penelitian 
Komponen
Kandungan Gizi
Bahan kering (%)
8,75
Protein Kasar (%)
33,44
Lemak Kasar (%)
6,56
Serat Kasar (%)
0,21
Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen (%)
51,23
Abu
8,56
Ca
0,48
P
      1,31
Gross Energi (Kkal/kg)
            4.772
Keterangan: Hasil Analisis Laboratorium Kimia Pakan, Almira, Kupang (2010)
Dari Tabel diatas terlihat bahwa kandungan nutrisi yang terkandung dalam probiotik cukup tinggi seperti protein kasar, BETN dan gross energi. Hal ini dapat memberikan dampak yang positif terhadap ternak babi yang diberikan pakan suplemen ini.
Komposisi zat makanan yang terkandung dalam ransum penelitian dianalisis di Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan, UNDANA. Ransum tersebut tersusun dari: dedak padi, jagung, tepung ikan, ampas tahu, tepung kanji, minyak kelapa, garam dapur, dan pigmix. Hasil analisis komposisi zat makanan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Nutrisi Ransum Penelitian
Zat-Zat Nutrisi
Perlakuan
R0
R1
R2
R3
Bahan kering (%)
89,48
89,75
89,34
91,24
Protein (%)
19,47
18,66
17,89
16,84
Lemak
4,51
5,06
5,46
5,68
Serat Kasar (%)
6,36
6,10
5,83
5,38
BETN (%)
61,86
62,52
63,12
64,98
Karbohidrat
68,22
68,62
68,95
70,36
Bahan Organik
92,20
92,34
92,30
92,87
GE (Kkal/Kg)
4.299,84
4.314,25
4.316,14
4.330,73
Sumber : Hasil analisis Laboratorium Kimia Pakan Fapet Undana Kupang 2011.
 Pada Tabel 5 terlihat bahwa kandungan zat-zat makanan untuk tiap perlakuan relatif sama. Hal ini menunjukan bahwa susunan ransum sudah cukup homogen dan relatif seragam serta sudah sesuai dengan kebutuhan ternak terutama kebutuhan protein dan energi bagi ternak babi sesuai rekomendasi NRC (1998).
Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi Pakan
Angka konversi pakan diperoleh dari hasil pembagian antara jumlah (rataan) konsumsi ransum dengan jumlah (rataan) pertambahan berat badan rata-rata  dalam jangka waktu yang sama.
Rataan konversi pakan ini dapat dilihat pada tabel 6. Secara kuantitatif dapat dilihat  bahwa ternak yang mengkonversi pakan terbaik adalah ternak yang mendapat perlakuan R1 (mendapat 10 % tepung biji asam Timor) dan diikuti oleh R2, R0 dan R3.

Tabel 6. Rataan Konversi pakan Ternak Babi Penelitian
Kelompok
Perlakuan
Total
Rataan
R0
R1
R2
R3
I
3,80
4,91
5,44
5,22
19,37
4,84
II
3,91
4,52
4,07
6,04
18,54
4,64
III
5,69
3,58
3,53
4,43
17,24
4,31
IV
5,60
3,73
4,00
4,43
17,76
4,44
Total
19
16,74
17,04
20,12
72,91

Rataan
     4,75a
      4,25a
        4,26a
        5,03a

4,56
Ket: Nilai rataan dengan superskrip yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05 )
Berdasarkan analisis ragam menunjukan perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan biji asam hingga level 30 % yang disuplementasi probiotik 2,5 % tidak memberi pengaruh terhadap konversi pakan. Tidak adanya pengaruh perlakuan terhadap konversi pakan disebabkan oleh kandungan nutrisi ransum terutama protein kasar, energi termetabolis dan serat kasar dan tingkat konsumsi ransum serta pertambahan berat badan babi penelitian relatif sama,. Walaupun setiap perlakuan dengan level penggunaan biji asam yang berbeda untuk tiap ransum ( 0%, 10 %, 20 %, 30 % biji asam ditambah probiotik 2,5 %) tetapi memiliki nilai konversi pakan yang relatif sama. Hal ini berarti kemampuan ternak dalam mencerna makanan, kecukupan zat-zat nutrisi ransum relatif sama  untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan dari babi penelitian relatif sama. Menurut Campbell dan Lasley (1985), konversi pakan dipengaruhi oleh kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh lain serta jenis pakan yang dikonsumsi.
Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Air
Air memegang peranan besar dalam usaha peternakan babi untuk kebutuhan konsumsi ternak, memandikan ternak, membersihkan kandang dan peralatan lainnya. Namun khusus konsumsi air minum oleh ternak babi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur ternak, tipe ternak, bangsa ternak dan total konsumsi bahan kering ransum. Adapun rataan konsumsi air ternak babi penelitian dapat lihat pada tabel 7.
Tabel 7. Rataan Konsumsi Air Ternak Babi Penelitian (ml/ekor/hari)
Kelompok
Perlakuan
Total
Rataan
R0
R1
R2
R3
I
8.342
7.409
8.140
7.614
31.505
7.876
II
7.443
7.316
7.426
7.285
29.472
7.368
III
6.839
8.494
8.668
7.973
31.975
7.993
IV
7.067
6.907
8.108
8.360
30.443
7.610
Total
  29.693
  30.127
  32.342
  31.233
31.505

Rataan
    7.423
7.531
8.085
7.808

7.711
Ket: Nilai rataan dengan superskrip yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05 )
Dilihat dari tabel 7 rata-rata konsumsi air ternak babi penelitian untuk masing-masing perlakuan yaitu R0 (7,423 ml/ekor/hari), R1 (7,531 ml/ekor/hari), R2 (8,085 ml/ekor/hari) dan R3 (7.808 ml/ekor/hari). Tampak bahwa konsumsi air pada semua ternak tidak jauh berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi individu ternak, kualitas ransum dan keadaan suhu lingkungan sekitar, dimana perbandingan konsumsi air dan konsumsi ransum (Bahan Kering) ternak penelitian yaitu R0 (1:4,30), R1 (1:4,35), R2 (1:4,59) dan R3 (1:4,37) dan penelitian ini bertepatan pada musim kemarau yang menyebabkan tingginya suhu lingkungan sekitar sehingga konsumsi air dari ternak cukup tinggi. Hal ini sesuai pendapat Parakkasi (1990) bahwa konsumsi air selain dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering ransum, juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan dimana untuk setiap kilogram bahan kering ransum maka konsumsi air sekitar 2 sampai 2,5 liter air dan jika temperatur tinggi maka konsumsi air akan meningkat sekitar 4 sampai 4,5 liter air.
Analisis ragam menunjukan perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi air. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan biji asam dalam ransum yang disuplementasi probiotik 2,5 % tidak memberi pengaruh terhadap konsumsi air. Dengan demikian penggantian biji asam 10-30% ditambah probiotik 2,5% memberi manfaat yang hampir sama, artinya tidak mempengaruhi konsumsi air. Hal ini terjadi mungkin dipengaruhi oleh ternak babi itu sendiri, umur, ransum dan suhu lingkungan sekitar yang tidak berbeda.
Sihombing (1997) menyatakan bahwa umur, bobot badan, tujuan produksi, cuaca dan tipe ransum merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi air dari ternak babi.
Dari Tabel 7 terlihat pula bahwa rata-rata konsumsi air paling tinggi adalah ternak yang mendapat perlakuan R2 (­8.085 ml/ekor/hari) kemudian diikuti ternak yang mendapat perlakuan R3 (7.808 ml/ekor/hari), R1 (7.531 ml/ekor/hari) dan yang terendah adalah ternak yang mendapat perlakuan R0 (7.423 ml/ekor/hari). Kondisi ini hampir seiring dengan tingginya konsumsi ransum, sedangkan pada ternak yang mendapat perlakuan R0 yang mengkonsumsi ransum paling rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Whittemore (1987) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum mempunyai hubungan dengan konsumsi air dimana semakin tinggi konsumsi ransum biasanya diikuti oleh konsumsi air. Lebih lanjut Anonymous (1981) menyatakan bahwa air mempunyai peranan terhadap produksi yaitu dimana semakin tinggi konsumsi air, maka konsumsi ransum dalam bentuk kering semakin meningkat dan pada akhirnya mencerminkan pertumbuhan.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung biji asam hingga level 30 % ditambah probiotik 2,5 %  dalam ransum memberikan pengaruh relatif sama terhadap konversi pakan dan konsumsi air babi penelitian.
Saran
Disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan dengan penggunaan kombinasi tepung biji asam dan probiotik dengan level yang berbeda untuk melihat perbedaan nyata pengaruh penggunaan biji asam dan probiotik dalam ransum ternak babi.




DAFTAR PUSTAKA
Ahira. 2011. Asam Jawa sebagai Obat. www. biji asam (tamarindus indica).com (30 Februari 2011).
Anggorodi,  R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia. Jakarta.
Anonymous. 1981. Pedoman Lengkap Beternak Babi. Penerbit  Kanisius. Jakarta.
                     . 2010. Mengenal Beberapa Antinutrisi pada Bahan Pakan. www.tannin.com (2 Juli 2011).
Aritonang, D. 1993. Babi Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya. Bogor.
Blakely, J. dan D. H. Bade, 1994. Ilmu Peternakan. Gajah mada University Press. Yogyakata.
Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur . 2009 . www.tannin.com (13 Agustus 2011).
Budiansyah, A. 2004. Pemanfaatan Probiotik dalam Meningkatkan Penampilan Produksi Ternak Unggas. www.probiotik.com (7 Oktober 2010).
Bunga, M. A. 2008. Pengaruh Penggunaan Ragi Tape (Saccharomyces cerevisiae) dalam Ransum terhadap Energi Tercerna dan Energi Termetabolisme pada Babi Peranakan VDL Sapihan. Skripsi Fapet Undana. Kupang.
Campbell, J.R. dan J.F. Lasley.  1985.  The Science of Animal that Serve Humanity.  2nd Ed., Tata McGraw-Hill Publishing Co. Ltd., New Delhi
Dando, 2002. Pengaruh Pemberian Tepung Biji asam dan Tepung Ikan terhadap Kadar Hemoglobin Darah dan Total Protein Plasma Ternak Babi Peranakan VDL Umur Pertumbuhan yang Mendapat Limbah Pengolahan Minyak Kelapa. Skripsi Fapet Undana. Kupang.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung.
Katipana, N. G. F., J. L. Manafe. dan D. Amalo. 2009. Manfaat Limbah Organik Bagi Produktivitas Ternak Ruminansia, Ketahanan Pangan dan Pencemaran Lingkungan. Seminar Hasil Penelitian Fapet-Undana. Kupang.
Konstantinus, D. 1990. Pengaruh Penambahan Tepung Biji asam ke dalam Ransum Basal terhadap Konsumsi Ransum, Konsumsi Air dan Konversi Makanan Ternak Babi Peranakan VDL. Skripsi Fapet Undana. Kupang.
Lani, M. L. 2010. Pengaruh Penggunaan Tepung Biji asam dalam Ransum terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada Ternak Babi Umur Pertumbuhan. Skripsi Fapet Undana. Kupang.
Ly. J. dan Likadja, R. D. H. 2000. Suplementasi Tepung Biji Asam dan Tepung Ikan Dalam Ransum Basal Yang Terdiri Dari Limbah Pengolahan Minyak Kelapa Di kelurahan Bakunase, Kota Madya Kupang. Jurnal Ilmiah Fapet-Undana : Kupang.
National Research Council. 1998. Nutrient Requirement of Swine. 10th ed. National Academy press. Whasington, D. C.
Parakkasi, A. 1990. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Penerbit Angkasa. Bandung.
Sanam, M. U. E., dan S. Sambiring. 2004. Efek Pemanfaatan Pribiotik Asam Laktat terhadap Konversi Ransum, Pertumbuhan dan Insidensi Diare pada babi Fase Stater sampai Grower. Jurnal Ilmiah Fapet Undana. Kupang.
Sastroamidjojo, M. S. 1975. Ternak Potong dan Kerja. CV. Jasa Guna. Jakarta.
Selan, D. 2000. Pengaruh Suplementasi Tepung Biji asam dan Tepung Ikan Dalam Ransum Basal ampas Kelapa terhadap Koefisien Cerna Protein pada Babi Peranakan VDL Umur Pertumbuhan. Skripsi Fapet Undana. Kupang.

Sembiring, S, M. U. E Sanam, , N. Nengah Suryani. 2010. Pemanfaatan Tepung Biji asam Timor Dalam Ransum yang Disuplementasi Probiotik Pada Babi Fase Starter Sampai Grower. Naskah Publikasi Ilmiah FAPET UNDANA : Kupang.
Sihombing, D. T. H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tillman, A.D, Hartadi. H. S, Prawirokusumo, S. Reksohadiprojo, S. Lebdokusodjo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Wahyu, J. 1988. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
Whittemore, C. T. 1987. The Science and Practice of Pig Production. Longman Scientific and Technical England.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar