Rabu, 06 Juni 2012

EFEK PEMBERIAN RANSUM MENGANDUNG TEPUNG BIJI ASAM DENGAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTAMBAHAN BERAT BADAN DAN TEBAL LEMAK PUNGGUNG PADA TERNAK BABI FASE GROWER


ALFRID ALEXSIUS RIWU



PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ternak babi adalah ternak monogastrik penghasil daging yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam rangka pemenuhan akan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Beberapa keunggulan ternak babi antara lain pertumbuhannya cepat, konversi pakan yang sangat baik, mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan  yang beranekaragam, persentase karkas dapat mencapai 65-80 % dan sangat efisien dalam mengubah makanan hasil ikutan pertanian (Anonymous, 1981). Dalam pemeliharaan ternak babi, salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan adalah pakan. Pakan yang diberikan harus selalu tersedia cukup baik kualitas maupun kuantitasnya agar dapat menunjang produktivitas ternak babi menjadi lebih maksimal.
Murtidjo (1990) menyatakan bahwa pakan yang berkualitas baik sangat penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Sebagian besar bahan pakan yang diberikan untuk ternak babi adalah biji-bijian yang juga merupakan bahan makanan manusia.
Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan antara manusia dan ternak babi dalam hal pemenuhan kebutuhan  hidup, sehingga untuk mengatasi akan permasalahan ini maka perlu dicari bahan pakan alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber nutrisi yang baik bagi ternak babi (Sihombing, 1997).
Salah satu bahan pakan alternatif yang dapat digunakan adalah biji asam. Biji asam merupakan salah satu jenis leguminosa lokal yang sangat potensial di daerah Nusa Tenggara Timur, yakni dengan produksi yang tinggi dan kaya akan protein. Ly dan Likadja (1998) menyatakan bahwa kandungan protein kasar yang dimiliki biji asam yang telah dikuliti yaitu sebesar 23 %. Kandungan protein dalam biji asam yang tinggi, juga mengandung anti nutrisi trypsin dan kimotrypsin (Liener, 1980), hal ini yang diduga sebagai penyebab kurangnya minat peternak untuk memanfaatkan biji asam sebagai bahan pakan ternak.
                        Pertambahan berat badan ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor manajemen yaitu, perkandangan, kesehatan serta salah satu faktor yang tidak kalah penting yaitu pakan. Pakan yang diberikan pada ternak  harus memenuhi syarat antara lain dalam hal kuantitas dan kualitas.  Dengan demikian maka kandungan protein biji asam yang tinggi yaitu mencapai 23 % (Ly dan Lykadja, 1998), akan dapat meningkatkan produktivitas ternak dalam hal ini yaitu pertambahan berat badan ternak yang mengkonsumsinya. Selanjutnya (Jella, 1990 dan Wattileo 1989) menyatakan bahwa penggunaan tepung biji asam tanpa kulit sebesar 25 % dalam ransum akan memberikan pertambahan berat badan harian yang lebih baik yaitu 412,94 g/ekor/hari.
            Perker (1974), dalam Sembiring, dkk  (2010) memperkenalkan istilah probiotik yang menggambarkan tentang keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan.
            Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikroorganisme dalam sistem saluran pencernaan ternak sehingga dapat meningkatkan daya cerna terhadap pakan dan menjaga kesehatan ternak.
Probiotik merupakan mikroorganisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa menyebabkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga tidak terdapat residu dan tidak terjadinya mutasi pada ternak.
            Tebal lemak punggung telah lama digunakan untuk menentukan kualitas karkas (Sihombing, 1997), ada beberapa faktor yang mempengaruhi tebal lemak punggung antara lain : makanan, umur, panjang badan dan tipe produksi. Tebal lemak punggung dapat menentukan kualitas karkas babi potong. Lemak punggung yang tipis akan memberikan hasil daging yang maksimal dan disertai dengan perlemakan yang minimal (Sosroamidjodjo, 1975). Wahyu (1985) menyatakan bahwa setiap kilogram protein, lemak, hidrat arang dan gula masing-masing dapat membentuk 345, 907, 355, dan 281 gram lemak tubuh.
Pada umumnya persentase lemak babi bertambah dengan meningkatnya umur, akan tetapi cepat berkurang jika makanan yang diberikan tidak mengandung nilai gizi yang cukup, sehingga kandungan lemak pada ternak babi tergantung pada zat-zat makanan yang diberikan (Banfatin, 1987). Sembiring, dkk  (2010), menyatakan bahwa dengan pemanfaatan tepung biji asam kedalam ransum pada tingkat 30 % yang disertai dengan suplemen probiotik memberi angka tebal lemak punggung yang sama dengan ransum yang mengandung tepung kedelai dan kacang hijau.
Atau dengan kata lain pemberian tepung biji asam dan suplemen probiotik dalam ransum dapat menurunkan tebal lemak punggung pada ternak babi yang artinya dapat meningkatkan proporsi daging pada karkas.
Dengan melihat pada hasil pemikiran dan permasalahan diatas maka telah dilakukan suatu penelitian tentang “ Efek Pemberian Ransum Mengandung Tepung Biji Asam dengan Suplementasi Probiotik Terhadap Pertambahan Berat Badan dan Tebal Lemak Punggung Pada Ternak Babi Fase Grower ”

Tujuan dan Kegunaan
                        Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari penggunaan tepung biji asam dan probiotik dalam ransum terhadap Pertambahan Berat Badan (PBB) dan Tebal Lemak Punggung  pada ternak babi fase grower.
            Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peternak sebagai informasi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bahan pakan ternak babi dengan memanfaatkan tepung biji asam dan juga sebagai informasi ilmiah bagi dunia pendidikan untuk memperkaya pengetahuan dibidang peternakan pada khususnya peternakan babi.




TINJAUAN PUSTAKA

Pakan Ternak Babi
Makanan adalah faktor terpenting dalam setiap usaha peternakan termasuk usaha peternakan babi. Pertumbuhan dan perkembangan ternak babi tergantung pada makanan yang diberikan dan biaya untuk penyediaan pakan menyerap sekitar 60 - 80% dari total biaya yang dibutuhkan (Nugroho dan Wendarto, 1990). Dalam usaha peternakan babi, aspek pemberian makanan mencakup system pencernaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pencernaan seperti komposisi bahan makanan, kebutuhan bahan-bahan makanan dalam ransum dan efisiensi penggunaan makanan yang esensial untuk produksi (Parakkasi, 1990).
Ternak babi merupakan ternak omnivora yang mengkonsumsi pakan asal hewani dan asal nabati. Organ pencernaan ternak babi disebut sebagai lambung sederhana (monogastrik) dengan kapasitas yang relatif kecil dibanding ternak ruminansia yang mempunyai lambung kompleks (poligastrik). Pada ternak ruminansia proses pencernaan berlangsung secara fermentatif dengan bantuan mikroba lambung, sehingga mampu mencerna makanan yang berserat kasar tinggi. Pada ternak babi proses pencernaan berlangsung secara enzimatis dengan bantuan berbagai enzim.
Untuk mencapai produktifitas yang efisien dan menguntungkan maka ternak babi membutuhkan nutrisi yang cukup. Kelebihan, kekurangan dan ketidakseimbangan nutrisi dalam pakan akan menimbulkan berbagai masalah yang berkaitan dengan proses kimia dalam tubuh yang ditampilkan oleh potensi produktifitasnya melalui kesehatan, pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan (Aritonang, 1993). Nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, mineral,vitamin dan air (Kamal, 1992). Sedangkan pakan yang imbangan nutrisinya bagus biasanya tersusun dari berbagai macam bahan pakan dan suplemen pakan. Penggunaan dari beberapa macam bahan pakan akan memperbaiki imbangan nutrisi didalam pakan dan selanjutnya dapat mencegah defisiensi. Untuk menyusun ransum yang baik, diperlukan pengertiaan tentang nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak babi dan  bahan-bahan sumber nutrisi yang baik sehingga nilai nutrisinya terpenuhi, palatable dan ekonomis.

Tanaman Asam
                        Pohon asam disebut juga Tamarindus indica. Tamarindus berasal dari bahasa Arab ”Tamar hindi” yang berarti kurma Berarti kurma india (Bailey,1957 dikutip Paoe, 1996). Tanaman ini tergolong dalam jenis polong-polongan atau leguminosa, family Caesalpiniaceae. Secara lengkap sistematika tanaman asam menurut Stenis (1982) yang dikutip Wiendiyati (1995) adalah sebagai berikut:



Devisio            : Trachephyta
Klas                             : Angiospermae
Subclass          : Dicotyledonae
Familia            : Caesalpiniaceae
Genus                          : Tamarindus
Spesies            : Indica

                        Tanaman asam ini juga berasal dari daerah savana di Afrika, lalu tersebar di kawasan Timur jauh (diantaranya Indonesia dan Malaysia) dan juga ke kawasan Amerika. Soetisna dan Hidajat (1977) dikutip Paoe, (1996) mengatakan di Indonesia sendiri penduduk tidak merasa asing lagi terhadap pohon asam atau buah asam, mengingat peranannya sebagai unsur pelengkap dalam bumbu masak, pembuatan obat tradisional atau jamu-jamuan.
            Di Nusa Tenggara Timur (NTT) diperkirakan sekitar 800 ton biji asam dapat terkumpul untuk setiap panen dan belum dimanfaatkan dan terbuang begitu saja (BPS NTT, 2009). Komposisi nutrisi biji asam bervariasi tergantung tanah dan lokasi. Kadar protein biji asam sebesar 13,12%, serat kasar 3,70%, lemak kasar 4,0%, abu 3,25% dan kandungan Energi Metabolis sebesar 3368 kkal/kg (Mulyantini dan Ballo, 2009 ). Kulit biji asam mengandung zat anti nutrisi yaitu tanin yang merupakan polyfenol yang menghambat penyerapan komponen nutrien yang dibutuhkan oleh ternak babi. Cara untuk mengurangi zat anti nutrisi dari biji asam adalah disangrai.


Probiotik
Jhonson dan Conway (1992) yang dikutip oleh Sembiring, dkk (2010) dalam laporan akhir penelitian menyatakan bahwa probiotik dapat diberikan pada ternak sesudah lahir, pemanfaatannya sebagai langkah pencegahan penyakit (preventif) ataupun kuratif dapat diberi dengan cara mencampurnya dalam bahan makanan. . Selain itu probiotik dapat pula diberi dengan cara injeksi lewat mulut, mencampurnya dengan air minum, dan membuatnya dalam bentuk pellet atau tepung. Hal ini menggambarkan bahwa ternak babi dapat diberi suplemen probiotik.
Probiotik merupakan mikroorganisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa menyebabkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga tidak terdapat residu dan tidak terjadinya mutasi pada ternak. Probiotik merupakan pakan imbuhan dalam bentuk mikroorganisme hidup yang berpengaruh positif pada hewan inang dan dapat meningkatkan keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan ternak (Fuller, 1992, dalam Sembiring, dkk  2010).
            Keuntungan menggunakan suplemen probiotik adalah: (1) Meningkatkan pertumbuhan ternak melalui penekanan infeksi penyakit yang diakibatkan oleh mikroorganisme pengganggu. (2) Memperbaiki efisiensi penggunaan makanan dengan cara meningkatkan kecernaan bahan makanan yang sukar dicerna.
(3) Menambah kesehatan ternak, yaitu berkemampuan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (Fuller, 1992) yang dikutip Sembiring, dkk  (2010).

Pertambahan Berat Badan
                        Tillman, dkk (1983) yang dikutip Sanam (2010) mengemukakan bahwa pertumbuhan dimulai perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat dan akhirnya perlahan atau terhenti sama sekali, dan laju pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain spesies, jenis kelamin, individu, umur, pemberian makanan dan jumlah konsumsi ransum.
            Pertambahan berat badan merupakan indikator utama dalam pengukuran pertumbuhan sebagai landasan ukuran kecepatan relatif dalam pertambahan berat badan persatuan waktu untuk ukuran mutlak setelah jangka waktu tertentu yang selanjutnya membentuk karkas yang terdiri dari tulang, otot  dan lemak.

Tebal Lemak Punggung
            Soeparno (1992) menyatakan bahwa lemak intramuskuler berbeda diantara spesies, umur dan otot. Berg dan Butterfield (1976, yang dikutip Cerebima, 1998) menyatakan bahwa lemak merupakan jaringan berubah-ubah baik dalam jumlah ataupun penyebarannya. Wahyu (1969) dalam Banfatin (1987) menyatakan bahwa ternak babi pada dasarnya akan memulai proses penimbunan lemak pada kisaran umur 4 bulan dengan kisaran bobot badan 30 kg. Tebal lemak punggung merupakan suatu indikator untuk menentukan kualitas karkas dari babi potong.
Devendra dan Fuller (1979) yang dikutip Sitanggang (1988) mengemukakan bahwa perlemakan karkas dipengaruhi oleh dua faktor yakni protein (kualitas dan kuantitas) serta total energi dimana tingkat penyimpanan lemak tergantung dari energi yang tersedia sedangkan pertumbuhan jaringan tergantung pada persediaan protein yang cukup. Lemak karkas lebih banyak pada ternak babi yang diberi ransum dengan kadar  protein yang rendah dibandingkan dengan ternak babi yang mengkonsumsi protein dalam jumlah yang tinggi, sehingga hubungan antara tingkat protein dalam ransum dengan tebal lemak punggung merupakan korelasi negatif dimana jika semakin tinggi protein dalam ransum mengakibatkan lemak punggung yang semakin menipis. Hays dan Crowell (1969) yang dikutip oleh Indrawan, dkk (1977), Robinson (1964) dalam  Sitanggang (1988) juga menyatakan bahwa level protein yang tinggi dalam ransum akan memperbaiki kualitas karkas, mengurangi perlemakan dan menambah perdagingan.









MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
                        Penelitian ini telah dilaksanakan dikandang percobaan di Kelurahan Oesapa, Kota Kupang dan di Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan-Universitas Nusa Cendana Kupang, selama 10 minggu dari tanggal 5 September-19 November 2011 yang terbagi dalam 2 minggu masa penyesuaian dan 8 minggu tahap pengumpulan data.

Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak babi fase grower sebanyak 16 ekor dengan kisaran umur 3-4 bulan dengan bobot badan awal pada saat penelitian yaitu (17-34,5 kg), rataan 25,66 kg dan KV = 20,73 %.
            Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu dengan lantai semen kasar yang dibuat yang agak miring. Kandang terdiri dari 16 petak, dengan ukuran masing-masing kandang adalah 1 m x 1,5 m. Kandang beratap seng dan dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum.

Alat dan Bahan
                        Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan merek Dunlop yang berkapasitas 150 Kg untuk menimbang ternak babi dan timbangan berkapasitas 10 Kg merek Five Goats  untuk menimbang ransum, dan juga alat lainnya yaitu sapu lidi,sikat lantai, sekop dan ember.
            Penelitian ini akan menggunakan alat penggiling untuk membuat tepung dan mesin pellet untuk mengolah ransum, sedangkan untuk pembuatan probiotik digunakan wadah fermentasi asam laktat dan inkubator.
                        Biji asam sebagai salah satu komponen yang digunakan dalam penelitian ini untuk menyusun ransum dan disuplementasi dengan probiotik. Biji asam yang diperoleh dari petani kemudian diolah terlebih dahulu dengan cara disangrai, kemudian didinginkan dan selanjutnyan untuk melepaskan isi biji dari kulit maka dilakukan dengan cara ditumbuk kemudian digiling untuk dibuat menjadi tepung.
            Probiotik asam laktat sebagai suplemen dibuat dengan cara fermentasi melalui proses inkubasi. Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan probiotik asam laktat adalah wadah fermentasi asam laktat, susu Dancow bubuk full cream sebagai sumber laktosa dan inokulum mikroba asam laktat komersil yang terdiri atas Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus, Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium
                        Bahan-bahan yang digunakan untuk menyusun ransum adalah biji asam timor, dedak padi, ampas tahu, jagung, tepung ikan, minyak kelapa, tepung kanji, garam dapur dan pigmix (mineral untuk ternak babi).
            Susu skim sebagai bahan pembuat probiotik yang mengandung laktosa dan inokulum mikroba asam laktat (Lactobacillus bulgaricus). Tepung kanji dan minyak kelapa sebagai bahan perekat dalam pembuatan pellet.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penyusun Ransum Penelitian.
No
Bahan Pakan
ME
(Kkal/kg)
PK
(%)
SK
(%)
LK
(%)
Ca
(%)
P
(%)

  1.  
Jagung kuning a
3.425
8,90
2,90
3,50
0,01
0,25

  1.  
Dedak halus a
2.200
13,50
13,00
0,60
0,10
1,70

  1.  
Tepung ikan a
2.500
65,00
1,00
5,50
4,50
2,70

  1.  
Ampas tahu b
3.412
29,01
18,37
6,04
0,95
1,74

  1.  
Pigmix c
-
-
-
-
0,50
-

  1.  
Minyak kelapa d
8.600
-
-
-
-
-

  1.  
Tepung biji asam e
3.368
13,12
3,70
4,00
-
-

  1.  
Kacang kedelai a
2.825
44,00
7,00
0,50
0,25
0,60

  1.  
Tepung kanji a
3.317
2,40
-
0,30
0,15
0,08

  1.  
Kacang hijau f
2.330
27,40
4,50
8,00
1,06
0,78

Keterangan :   
a : NRC, (1988)
b : Parakkasi, (1990)
c : Pig mix : merupakan campuran dari beberapa vitamin, asam amino
        dan mineral untuk ternak babi.
d : Bunga, (2008) Skripsi Fapet Undana
e : Rissy, (2003)
f : Anggorodi, (1994)






Tabel 2. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian
Bahan Pakan
Ransum Penelitian (%)
R0
R1
R2
R3
Jagung giling
  15,00
15,00
  15,00
  15,00
Dedak padi
  20,00
  20,00
  20,00
  20,00
Tepung ikan
    5,00
    5,00
    5,00
    5,00
Ampas tahu
  10,00
  10,00
  10,00
  10,00
Tepung kedelai
  20,00
  15,00
    7,00
-
Tepung kacang hijau
  10,00
    5,00
    3,00
-
Tepung biji asam
-
  10,00
  20,00
  30,00
Tepung kanji
  17,00
  17,00
  17,00
  17,00
Minyak kelapa
    1,00
    1,00
    1,00
    1,00
Garam dapur
    0,50
    0,50
    0,50
    0,50
Pigmix
    1,50
    1,50
    1,50
    1,50
Total
100,00
100,00
100,00
100,00
Kandungan nutrisi*
Bahan kering (%)
87,98
88,00
88,08
88,10
Protein kasar (%)
19,22
18,63
17,67
16,78
EM (Kkal/kg)
3200
3100
3200
3280
Serat kasar (%)
6,77
6,57
6,29
6,03
Lemak Kasar (%)
2,48
2,45
2,65
2,78
Keterangan: Kandungan nutrisi ransum penelitian dihitung berdasarkan Tabel 1*





Prosedur Penelitian
1. Pengolahan Biji Asam
            Biji asam yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil ikutan dari panen daging buah asam yang diperoleh dari petani.  Proses pengolahan biji asam yang dilakukan sebelum digunakan sebagai salah satu komponen penyusun ransum adalah sebagai berikut :







 










  Tepung biji asam selanjutnya dicampur dengan bahan-bahan pakan penyusun ransum dan diolah dalam bentuk pellet dengan menggunakan mesin pellet milik UPTD Pembibitan Ternak dan Produksi Makanan Ternak Instalasi Tarus Dinas Peternakan Propinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Pembuatan probiotik asam laktat
a.         Pencampuran satu bagian susu skim milk (sebagai sumber laktosa) dengan lima bagian air (konsentrasi 20% w/v) diaduk hingga homogen.
b.        Campuran tersebut ditambahkan inokulum mikroba asam laktat (Streptococcus bulgaricus) dengan perbandingan 1 bagian inokulum : 50 bagian susu skim cair (konsentrasi 2%w/v).
c.         Media susu skim yang mengandung kultur mikroba asam laktat selanjutnya ditutup rapat (kedap udara) dan diinkubasi pada temperature  37 0C selama 24 jam hingga proses fermentasi berlangsung optimal.

3. Prosedur pengacakan
            Sebelum proses pengacakan terlebih dahulu dilakukan pemberian nomor kuping pada ternak (nomor 1-16), kemudian ternak babi ditimbang untuk memperoleh berat badan awal. Selanjutnya tenak diurutkan menurut berat badan terendah sampai yang tertinggi dan dibagi dalam 4 kelompok menurut berat badan dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor. Sesudah itu dilakukan pengacakan 4 macam ransum penelitian dalam masing-masing kelompok dimana masing-masing ternak dalam satu kelompok mendapat satu dari 4 macam ransum penelitian secara acak.



Tabel 3. Bobot Badan Awal Ternak Babi Hasil Pengacakan
Kelompok
R0 (Kg)
R1 (Kg)
R2 (Kg)
R3 (Kg)
I
21,0
18,0
17,0
22,0
II
24,0
22,0
24,0
24,0
III
26,0
27,0
26,0
27,0
IV
34,0
33,0
34,5
31,0
Rataan
26,5
25,0
25,375
26,0

4. Pelaksanaan penelitian
            Ransum diberi secara periodik dengan frekuensi pemberian yaitu 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari sedangkan probiotik diberikan dengan cara dicampurkan dalam ransum. Ransum diberi dalam bentuk kering sedangkan air minum selalu ditambahkan dan diganti dengan air yang bersih apabila air minum habis atau kotor. Pembersihan kandang dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan pada sore hari.






Metode Penelitian
            Metode yang digunakan adalah metode percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan.
Perlakuan yang dicobakan antara lain :
R0 : Ransum tanpa Tepung Biji Asam
R1 : Ransum mengandung 10 % tepung biji asam + 2,5 % Probiotik
R2 : Ransum mengandung  20 % tepung biji asam + 2,5 % Probiotik
R3 : Ransum mengandung  30 % tepung biji asam + 2,5 % Probiotik 

Parameter yang Diukur
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah :
1.   Pertambahan Berat Badan (PBB)
            Pertambahan berat badan diperoleh dari berat badan akhir dikurangi berat badan awal dibagi jumlah atau lama waktu penelitian, gram/ekor/hari (Tillman, 1986).
W2 – W1
      T
Dimana
W2 = Berat Badan Akhir
W1 = Berat Badan Awal
T   = Lama Waktu Penelitian
2. Tebal Lemak Punggung
                        Untuk mengetahui tebal lemak punggung ternak penelitian maka diukur dengan menggunakan alat back-fat probe. Pengukuran dilakukan pada bagian rusuk ke 10 menurut petunjuk (Hansen dan Lewis, 1993). Data ini diambil pada minggu terakhir penelitian.

Analisis Data
                        Data yang diperoleh dalam penelitian ini ditabulasi lalu dianalisis menurut prosedur Sidik Ragam (Analysis of Variance/ANOVA) dan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diteliti untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan maka diadakan uji lanjut dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan dengan petunjuk Gaspersz (1991).





HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Ternak Penelitian
Jumlah ternak yang digunakan dalam penelitian adalah 16 ekor dengan jenis kelamin jantan, secara umum penampilan ternak babi pada awal penelitian terlihat dalam kondisi fisik yang sehat hal ini digambarkan dengan gerakan yang lincah, bersemangat dan nafsu makan yang tinggi.  
Pada masa penyesuaian minggu pertama ternak masih dalam kondisi yang sehat atau tidak menunjukkan gejala sakit, akan tetapi pada minggu kedua penyesuaian ternak dengan nomor kandang 3, 6, 9 dan 15 yang mendapat perlakuan R0 mengalami mencret yang ditandai dengan feses yang encer.  Hal ini diduga karena ternak belum mampu menyesuaikan diri dengan perlakuan ransum yang diberikan, kondisi ini tidak langsung diberikan pengobatan terhadap ternak tersebut. Akan tetapi pada akhir minggu kedua penyesuaian, ternak dengan nomor kandang 3 dan 6 terlihat mulai sehat kembali.
Memasuki minggu kedua pengambilan data, ternak dengan nomor kandang 9 dan 15 yang mendapat perlakuan ransum R0 mengalami gangguan atau penyakit yang  mengakibatkan nafsu makan menurun, feses encer dan berwarna abu-abu. Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan pengobatan dengan menggunakan Pantovit, Injektamin, Betamoks, dan Antikolt, selanjutnya memasuki minggu ketiga pengambilan data, ternak sehat kembali.
 Akan tetapi ternak dengan nomor kandang 9 dan 15 mengalami penurunan bobot badan dibanding ternak dengan nomor kandang yang lain. Selanjutnya sampai pada minggu terakhir pengambilan data semua ternak menunjukan kondisi yang sehat dengan terus meningkatnya pertambahan bobot badan.

Hasil Analisis Proksimat Ransum Penelitian
Penelitian ini menggunakan biji asam sebagai salah satu komponen penyusun ransum dan disuplementasi dengan probiotik. Kandungan nutrien dalam tepung biji asam hasil pengolahan dengan cara disangrai dan sesudah dibersihkan dari kulit biji yang kuat dan keras dapat dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Nutrien dalam Biji asam Hasil Sangrai (% BK)
Komponen
Kandungan Gizi
Bahan kering, %
91,70
Bahan organik, %
61,49
Protein kasar, %
17,15
Serat kasar, %
10,52
Total karbohidrat, %
37,78
Bahan ekstrak tanpa nitrogen, %
27,26
Lemak kasar, %
  6,56
Gross Energi (Kkal/Kg)
         3. 078,49
Keterangan: Analisis Laboratorium Kimia Pakan, Fakultas Peternakan, Undana (2010)
Pada Tabel 4 terlihat bahwa biji asam tanpa kulit sangat berpotensi digunakan sebagai salah satu pakan alternatif mengacu pada kandungan protein dan energinya yang cukup tinggi namun kendala pemanfaatan yang telah diidentifikasi adalah terdapatnya antinutrisi Tannin sehingga perlu diolah terlebih dahulu yakni dengan cara disangrai agar menurunkan efek dari antinutrisi tersebut.
Menurut De Schutter dan Morris (1990) yang dikutip Sembiring, dkk (2010), cara yang paling efektif digunakan dalam mengeleminasi kandungan antinutrisi adalah dengan cara disangrai (dry roasting). Untuk mengantisipasi kandungan antinutrisi yang mungkin tersisa dari biji asam yang telah disangrai maka perlu ditambahkan pakan imbuhan kedalam ransum. Menurut Fuller (1992) yang dikutip Sembiring, dkk (2010) bahwa penambahan suplemen pakan seperti probiotik perlu dilakukan, terutama pada pemberian ransum yang mengandung antinutrisi mengingat fungsi probiotik dapat meningkatkan keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan ternak.
Pakan suplemen probiotik dibuat dengan cara fermentasi dalam media susu skim dan diberi pada ternak starter dengan cara mencampurkannya dalam ransum. Kandungan nutrien probiotik diperlihatkan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Nutrisi Probiotik yang ditambahkan dalam ransum penelitian               (% BK)
Komponen
Kandungan Gizi
Bahan kering (%)
8,75
Protein Kasar (%)
33,44
Lemak Kasar (%)
6,56
Serat Kasar (%)
0,21
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (%)
51,23
Abu
8,56
Ca
0,48
P
1,31
Gross Energi (Kkal/kg)
4. 772
Keterangan: Hasil Analisis Laboratorium Kimia Pakan, Almira, Kupang (2010)
Dari Tabel diatas terlihat bahwa kandungan nutrisi yang terkandung dalam probiotik cukup tinggi seperti protein kasar, BETN dan gross energi.
Hal ini memberikan dampak yang positif terhadap ternak babi yang diberikan pakan suplemen ini. Komposisi zat makanan yang terkandung dalam ransum penelitian dianalisis di Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan, UNDANA. Ransum tersebut tersusun dari: dedak padi, jagung, tepung ikan, ampas tahu, tepung kanji, minyak kelapa, garam dapur, dan pigmix. Hasil analisis komposisi zat makanan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Komposisi Nutrisi Ransum Penelitian
Zat-Zat Nutrisi
Perlakuan
R0
R1
R2
R3
Bahan kering (%)
89,48
89,75
89,34
91,24
Protein (%)
19,47
18,66
17,89
16,84
Lemak (%)
4,51
5,06
5,46
5,68
Serat Kasar (%)
6,36
6,10
5,83
5,38
BETN (%)
61,86
62,52
63,12
64,98
Karbohidrat (%)
68,22
68,62
68,95
70,36
Bahan Organik (%)
92,20
92,34
92,30
92,87
GE (Kkal/Kg)
4.299,84
4.314,25
4.316,14
4.330,73
Sumber : Hasil analisis Laboratorium Kimia Pakan Fapet Undana Kupang 2011.
 Pada Tabel 6 terlihat bahwa kandungan kandungan energi ransum relatif sama, tetapi pada pada protein kasar dan serat kasar cenderung menurun. Protein kasar dan serat kasar menurun sejalan dengan tergantinya kacang kedelai dan kacang hijau, kedua jenis pakan ini mengandung protein kasar dan serat kasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan biji asam yang memilki protein kasar dan serat kasar yang lebih rendah.
Apabila kandungan nutrisi pada tabel 6 dibandingkan dengan Tabel 2 maka akan terlihat adanya perbedaan antara komposisi zat-zat nutrisi ransum. Hal ini selain disebabkan oleh penambahan probiotik dalam ransum tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti bahan pakan penyusun ransum, teknik pengolahan, penyimpanan dan ketelitian analisa laboratorium .
Teknik pengambilan sampel yaitu setiap kali pencampuran ransum diambil sampel 200 gram dam pada akhir masa penelitian, semua sampel dicampur kemudian diambil 200 gram untuk dianalisis di laboratorium.





Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan
            Ternak babi yang diberi ransum mengandug 20 % tepung biji asam  dan diberi suplemen probiotik 2,5 % (R2) cenderung memiliki pertambahan bobot harian lebih tinggi dari ransum perlakuan yang lainnya. Rataan pertambahan bobot badan ternak selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 7.
Tabel 7. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ternak Babi Penelitian (g/ekor/hari)
Kelompok
Perlakuan
Total
Rataan
R0
R1
R2
R3
I
491,07
375,18
348,21
368,19
1.582,64
395,66
II
509,10
411,10
474,02
303,73
1.697,95
424,49
III
340,89
562,73
562,78
455,53
1.921,93
480,48
IV
339,35
536,52
517,23
464,37
1.857,47
464,37

Total

1.680,41
1.885,53
1.902,24
1.591,82
7.060,00

Rataan
420,10a
471,38a
475,56a
397,96a

441,25
Ket: Nilai rataan dengan superskrip yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05 )
Pada tabel diatas pertambahan bobot badan tertinggi diperlihatkan ternak yang mendapat perlakuan R2 (475,56 g/ekor/hr) diikuti berturut-turut R1 (471,38 g/ekor/hr), R0 (420,10 g/ekor/hr) dan R3 (397,96 g/ekor/hr).
Pada tabel 5 terlihat bahwa rataan pertambahan bobot badan ternak babi yang memperoleh ransum tanpa tepung biji asam dan suplemen probiotik lebih rendah bila dibandingkan dengan ransum perlakuan R1 dan R2.
            Laju pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya spesies, individu, jenis kelamin, umur, pakan dan konsumsi pakan (Soeharsono,1976 dikutip Pangestuti, 1995). Sedangkan pertumbuhan maksimum suatu spesies ditentukan oleh faktor genetis, sedangkan gizi hanya merupakan salah satu faktor esensial dalam suatu individu untuk mencapai berat maksimum secara efisien (Parakkasi, 1990).
Pengaruh Perlakuan Terhadap Tebal Lemak Punggung
            Ketebalan lemak punggung pada ternak babi menunjukan ukuran kualitas  dari karkas yang diproduksi. Pengukuran lemak punggung dilakukan pada minngu terakhir pada masa penelitian. Hasil yang diperoleh terhadap rataan lemak punggung ternak penelitian, diperlihatkan pada tabel 8.
Tabel 8. Rataan Tebal Lemak Punggung (mm/ekor)
Kelompok
Perlakuan
Total
Rataan
R0
R1
R2
R3
I
3,90
3,60
3,40
3,70
14,60
3,65a
II
4,00
3,70
3,90
3,80
15,40
3,85ab
III
4,20
4,30
4,10
4,00
16,60
4,15cd
IV
4,20
4,50
4,40
4,30
17,40
4,35d

Total

16,30
16,10
15,80
15,80
64,00

Rataan
4,08a
4,03a
3,95a
3,95a

4,00
Ket: Nilai rataan dengan superskrip yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05 )
Pada tabel  diatas rataan tingkat tebal lemak punggung pada ternak babi penelitian yang tertinggi diperlihatkan oleh ternak yang mendapat perlakuan R0 (4,08 mm/ekor) diikuti berturut-turut R1 (4,03 mm/ekor), sedangkan pada kelompok R2 dan R3 memilki rataan yang sama yaitu (3,95 mm/ekor). Data pada tabel 8 terlihat bahwa rataan tebal lemak punggung pada ternak babi yang memperoleh ransum mengandung 30 % biji asam (R3) mempunyai nilai yang sama dengan ransum perlakuan  yang mengandung 20 % biji asam (R2).
Namun demikian hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh tidak nyata  (P>0,05) terhadap tebal lemak punggung. Hal ini berarti pemberian tepung biji asam dalam ransum pada ternak babi tidak menunjukan perubahan yang signifikan terhadap tebal lemak punggung.
            Namun hasil penelitian ini menunjukan bahwa penambahan level pemanfaatan biji asam kedalam ransum pada taraf 20 % dan 30 % yang disertai dengan pemberian probiotik relatif sama untuk memenuhi kebutuhan zat makanan sehingga memberi angka tebal lemak punggung yang rendah atau dengan kata lain pemberian pakan suplemen probiotik dan tepung biji asam cenderung dapat menurunkan tebal lemak punggung ternak babi periode grower-finisher dan ini diharapkan terjadi peningkatan proporsi daging pada karkas.
            Pengaruh dari pemberian ransum mengandung tepung biji asam dengan suplementasi probiotik yang relatif sama atau tidak berbeda terhadap tebal lemak punggung ternak babi penelitian dikarenakan tingkat konsumsi ransum tidak jauh berbeda dan zat-zat nutrisi yang dikonsumsi ternak sama-sama mencukupi kebutuhan dalam menunjang pertumbuhan normal termasuk tebal lemak punggung, hal ini ditunjang oleh genetik dan umur ternak penelitian yang tidak jauh berbeda.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
            Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung biji asam dengan level 10 %, 20 %, dan 30 % yang diberi suplemen probiotik 2,5 % dalam ransum pada ternak penelitian memberikan pengaruh yang relatif sama terhadap pertambahan bobot badan dan tebal lemak punggung.
Saran
            Saran yang dapat diajukan dengan melihat dari hasil yang dicapai adalah perlu adanya penelitian lanjutan dengan penggunaan tepung biji asam dan suplemen probiotik sebagai pengganti kacang hijau dan kacang kedelai dalam level yang berbeda.






DAFTAR PUSTAKA

Sitanggang A. 1988. Pengaruh Penggantian Kedelai Dengan Berbagai Level Tepung Biji Saga Pohon Dalam Ransum Terhadap Konsumsi Air Dan Tebal Lemak Punggung Ternak Babi Peranakan VDL. Skripsi Fapet – Undana,  Kupang.
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Kemajuan Mutakhir universitas Indonesia Press, Jakarta.
Anonymous, D. 1981. Pedoman Beternak Babi. Penerbit Kanisius, Jakarta.
Bunga, M. A. 2008. Pengaruh Penggunaan Ragi Tape (Saccharomyces cerevisiae) dalam Ransum terhadap Energi Tercerna dan Energi Termetabolisme pada Babi Peranakan VDL Sapihan. Skripsi Fapet Undana, Kupang.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV Armico, Bandung.
Isterina D. B. 1987. Pengaruh Penggantian Ransum Dengan Berbagai Tingkat Tepung Biji Saga Pohon (Adenanthera pavonina linn) Terhadap Tebal Lemak Punggung Dan Konsumsi Air Babi Peranakan VDL. Skripsi Fapet – Undana, Kupang.
Jella, H. 1990. Perhitungan Nilai Ekonomis Pemberian Tepung Biji Asam Kedalam Ransum Basal Ternak Babi. Skripsi Fapet Undana, Kupang.
Ly J. dan Likadja R. D. H, 2000, Suplementasi Tepung Biji Asam dan Tepung Ikan Dalam Ransum Basal Yang Terdiri Dari Limbah Pengolahan Minyak Kelapa Di Kelurahan Bakunase, Kota Madya Kupang. Jurnal Ilmiah Fapet-Undana, Kupang.
Mulyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Mulyantini, N. G. A, dan Ballo, V. J. 2009. Suplementasi Enzim Pada Pakan Local Berbentuk Tepung Atau Pellet Untuk Pertumbuhan Ayam Ras. Laporan Akhir Penelitian Hibah Strategi Nasional.
Paoe, H. S. 1996. Daya Guna Dan Katabolisme Protein Serta Konsumsi Energy Termetabolis Pada Anak Babi Lokal Yang Mengkonsumsi Tepung Biji Asam. Skripsi Fapet-Undana, Kupang.
Parakkasi, A. 1990. Ilmu Gizi Dan Makanan Ternak Monogastrik. Penerbit Angkasa, Bandung.
Sembiring, S, M. U. E Sanam,  N. Nengah Suryani. 2010. Pemanfaatan Tepung Biji asam Timor Dalam Ransum yang Disuplementasi Probiotik Pada Babi Fase Starter Sampai Grower. Naskah Publikasi Ilmiah FAPET UNDANA : Kupang.
Sihombing, D. T. h. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Tillman, A.D, Hartadi. H. S, Prawirokusumo, S. Reksohadiprojo, S. Lebdokusodjo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Wedong, F. 1989. Pengaruh Tingkat Pemberian Tepung Biji Asam Kedalam Ransum Basal Terhadap Pertumbuhan Babi Turunan VDL. Rencana Penelitian Fapet-Undana : Kupang.
Sanam W.  2010. Pengaruh Level Protein Yang Mengandung Feses Ayam Terhadap Konsumsi Ransum Dan Pertambahan Berat Badan Babi Peranakan Fase Grower-Finisher. Skripsi Fapet – Undana : Kupang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar