Rabu, 01 Februari 2012

BOKASHI


TEKNIK PEMBUATAN BOKASHI DENGAN BERBAGAI METODA
PENDAHULUAN

Usaha pemeliharaan sapi baik sapi potong maupun sapi perah secara otomatis akan menghasilkan. Limbah adalah hasil buangan pada suatu kegiatan yang tidak diperlukan  lagi. Demikian pula dengan usaha penggemukan sapi potong. Limbah yang dihasilkan tersebut yang biasa disebut limbah ternak bisa menimbulkan pencemaran pada lingkungan disekitar lokasi pemeliharaan tersebut bila tidak ditangani secara serius. Limbah ternak adalah sebagai materi yang dikeluarkan oleh ternak (hasil buangan metabolisme) berupa kotoran ternak yang kadang-kadng bercampur dengan makanan dan air kencing
Jenis limbah yang dihasilkan meliputi libah padat, cair, semi cair dan gas. Pada usaha peternakan menggunakan kandang litter saw dust, maka pengolahan limbah gas tidak ada pengolahan secara khusus. Hal ini karena pada kandang seperti itu, bau yang ditimbulkan dari kotoran sapi tidak terlalu tajam dan gas yang dihasilkan dari limbah tersebut cepat hilang karena sifatnya mudah menguap.
Limbah cair terdiri dari sisa air pembungan kandang sistem semen dan air buangan dari keperlun karyawan. Sedangkan limbah semi cair terdiri dari feses dan kotoran ternak yang terlarut dalam air ketika membersihkan ternak, kandang dan peralatannya. Produksi limbah semi cair ini tidak diketahui dengan pasti karena ikut tercampur dengan limbah cair.
Manfaat Bokashi
Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani.  Teknologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem pertanian.
Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat ini.  Pupuk bokashi adalah pupuk organik (dari bahan jerami, pupuk kandang, sampah organik, dll) hasil fermentasi dengan teknologi EM-4 yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. 
 Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang praktis, bokashi merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan siap dipakai dalam waktu singkat.  Selain itu pembuatan pupuk bokashi biaya murah, sehingga sangat efektif dan efisien bagi petani padi, palawija, sayuran, bunga dan buah dalam peningkatan produksi tanaman.


CARA PEMBUATAN BOKASHI SEMAK BUNGA PUTIH

Bahan
ª      Feses sapi (bijae te)                                         :50 kg (50 bagian)
ª      Semak bunga putih(suf muti/ mau muti)         : 25 kg (25 bagian)
ª       Dedak jagung atau padi (uk pena/ uk ane)     : 1 kg (1 bagian)
ª       Gula air (oin oe)                                              : 20 ml/ 2 sendok makan (sunu nua)
ª       EM4                                                                : 50 ml/ 5 sendok makan (sunu nim)
ª      Air (oel) secukupnya                                       : 2 liter (liter nua/ klas faun)

Cara Pembuatan (lanan hetmeup)
ª       Larutkan EM4 dan gula ke dalam air, pengadukan / pencampuran dilakukan searah
ª       Semak bunga putih dicincang dengan ukuran 3-5 cm
ª       Pupuk kandang dan semak bunga putih  dicampur hingga merata.
ª       Percikan larutan EM4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan sambil dicampur hingga merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan mudah pecah (megar).
ª       Adonan dimasukan kedalam lubang atau karung (jika lantai tanah dialas dengan daun pisang mentah), kemudian ditutup dengan rapat selama 4-7 hari,
ª       Pertahankan suhu gundukan adonan maksimum 50 0C. Bila suhunya lebih dari 50 0C, turunkan suhunya dengan cara dibolak balik, kemudian ditutup kembali dengan karung goni. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan kegagalan  bokashi karena proses fermentasi yang kurang sempurna  Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 – 7 jam sekali.
ª       Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.

Bahan-bahan yang dapat saling menggantikan adalah :
a.      Suf muti, dapat digantikan dengan bahan-bahan lain seperti :
1.      Suf mollo/ benfui
2.      Serbuk gergaji (bakar sebelum digunakan)
3.      Jerami padi, jagung dan kacang - kacangan
4.      Daun lamtoro, gamal dan gala-gala
5.      Daun-daunan yang kering.

b.      Gula air, dapat digantikan dengan bahan-bahan lain seperti :
1.      Madu (oin hau),
2.      Gula pasir (oin masi), atau
3.      Gula lempeng (oin fatu) yang dihaluskan.
c.      Feses sapi (bijae te), dapat  digantikan dengan bahan-bahan lain seperti :
1.    Feses kambing (bibi te)
2.    Feses babi (fafi te)
3.    Feses ayam (manu te)
4.    Feses kuda (bakase te)
Cara Penggunaan Secara Umum :
ª      3-4 genggam bokasi (150-200 gram) untuk setiap meter persegi tanah disebar marata diatas permukaan tanah.  Pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih.
ª      Untuk mencampurkan bokashi ke dalam tanah, tanah perlu dicangkul/bajak. Penggunaan penutup tanah (mulsa) dari jerami atau rumput-rumputan kering sangat dianjurkan pada tanah tegalan.  Pada  tanah sawah pemberian bokashi dilakukan sebelum pembajakan tanah.
ª      Biarkan bokashi selama seminggu, setelah itu baru bibit ditanam.
ª      Untuk tanaman buah-buahan, bokasi disebar merata dipermukaan tanah/perakaran tanaman dan siramkan 3-4 cc EM-4 per liter air setiap minggu sekali.
Cara Penggunaan Secara Khusus :
ª      Bokashi jerami dan bokashi pupuk kandang baik dipakai untuk melanjutkan fermentasi penutup tanah (mulsa) dan bahan organik lainnya di lahan pertanian juga banyak digunakan pada tanah sawah karena ketersediaan bahan yang cukup.
ª      Bokashi jerami dan bokashi pupuk kandang  baik dipakai untuk pembibitan/ menanam bibit yang masih kecil.
ª      Bokashi expres baik digunakan sebagai penutup tanah (mulsa) pada tanaman sayur dan buah-buahan.
Catatan:
 Jumlah kandungan air adalah merupakan petunjuk.  Jumlah air yang perlu ditambahkan tergantung pada kandungan air bahan yang digunakan.  Jumlah air yang paling sesuai adalah jumlah air yang diperlukan membuat bahan-bahan basah tetapi tidak sampai berlebihan dan terbuang.








EM4 BUATAN SENDIRI

Bahan :
ªRumen sapi atau kambing (bijae/bibi in  taim nasi)
ªGula air (oin oe)/ madu (oin hau)
ªTepung ubi kayu (uk lauk hau)
ªAir bersih (oel knino)


Alat Bantu
ª      Ember 3 buah, 1 buah yang ada tutupnya (ember teun, es le maobe).
ª      Kayu pengaduk 1 buah (hau neu het selo)
ª      Gelas ukur 1 buah (klas mese)
ª      Gayung 1 buah
ª      Saringan 1 buah
ª      Corong 1 buah (tarete mese)

Cara Membuat
ª      Rumen dan isi lambung sapi yang sudah hancur tetapi belum menjadi tahi (veses) diambil dan dimasukan kedalam kantong plastik agar tidak terkontaminasi udara luar. Setelah itu ditimbang dan dimasukan kedalam ember yang ada tutupnya, lalu dicampur dengan air bersih dengan perbandingan rumen : air bersih adalah 1:2. Setelah itu rumen dicampur lalu diaduk-aduk, ditutup rapat, kemudian diamkan selama 4 hari.
ª      Siapkan tepung gaplek (tepung singkong), masukan ke dalam ember lalu diisi dengan air secukupnya kemudian direndam.
ª      Gula air sebanyak ¼ kg dilarutkan kedalam 1 liter air.

Setelah semua bahan siap, untuk membuat 1 liter EM4 perbandingannya adalah sebagai berikut :
1.      Air rumen                             : 250 ml/ 1 gelas (klas mese)
2.      Air bersih                             : 500 ml/ 2 gelas (klas nua)
3.      Endapan tepung ubi kayu    : 125 ml/ ½ gelas (klas mastena)
4.      Gula air                                : 125 ml/ ½ gelas (klas mastena)

Kemudian masukan kedalam botol lalu ditutup rapat dan disimpan ditempat yang sejuk dan tidak terkena matahari langsung. EM4 buatan ini dapat disimpan selama 1 tahun.

Catatan :
1 gelas = 250 ml

Tidak ada komentar:

Posting Komentar